Warga Majalaya Kembali Bernapas Lega

BANDUNG, KOMPAS.com — Warga Majalaya bisa kembali bernapas lega menyusul mulai surutnya genangan air dari Sungai Citarum, Jumat (23/12/2011) malam ini.
Tiga jam sebelumnya, warga harus bersiap dengan kemungkinan rumah mereka kembali tenggelam oleh air.
Keterangan yang dikeluarkan jaringan komunikasi Garda Caah, organisasi tanggap bencana banjir di Majalaya, menyebutkan, mereka menetapkan kondisi Siaga mengingat tinggi muka air Sungai Citarum di pos pemantau sungai 3 meter-75 sentimeter. Dengan ketinggian seperti itu, sudah ada daerah yang tergenangi meski hanya semata kaki.
Satu jam kemudian, kondisi seperti itu tetap bertahan. Muncul instruksi melalui radio panggil agar warga mempersiapkan tanggul kecil di depan rumah mereka.
Biasanya, tanggul berisi tanah liat yang dimasukkan ke dalam karung plastik. Bila ditumpuk, cukup efektif dalam menghalau air meski tidak semua bisa ditahan.
Informasi yang terakhir didapatkan sekitar pukul 20.00, ketinggian muka air kembali menurun. Dengan ketinggian air pada puncak banjir 3 meter-82 sentimeter, kini sudah turun menjadi 1 meter.
"Kini sudah kembali normal," ujar Adang Suhendar, petugas pemantau Sungai Citarum.
Begitu pula diutarakan Deni Riswandani, warga Majalaya. Saat ini dia bersama warga lain tengah mendata rumah yang tadi kebanjiran.
Majalaya termasuk daerah rawan banjir karena sering terkena limpasan air Sungai Citarum bila badan sungai tidak bisa menampungnya. Tiga daerah hulu yang daerah hilirnya ada di Majalaya adalah daerah Ibun, Pacet, dan Kertasari.
Share:

BUPATI BANDUNG BERIKAN SANTUNAN KEPADA KORBAN BENCANA

BPBD Kabupaten Bandung pada hari ini Rabu 21 Desember 2011 telah menyerahkan santunan tempat penampungan pasar sementara (TPPS) dan Rumah Tinggal Pasca Musibah Kebakaran di Kecamatan Cicalengka serta Bencana Angin Puting Beliung, dan Musibah Kebakaran lainnya di wilayah Kabupaten Bandung.
Bantuan tersebut diserahkan langsung oleh Bupati Bandung H. DADANG NASER, SH, S.Ip kepada Kepala Dinas Koperindag Kabupaten Bandung selaku penanggung jawab kebakaran Pasar Cicalengka dan Kepada Para Camat yg mewakili para korban bencana alam puting beliung dan kebakaran rumah tingggal yang tersebar di 25 wilayah kecamatan di Kabupaten Bandung.
Jumlah keseluruhan santunan yg diserahkan oleh Pemda Kabupaten Bandung yaitu sebesar  1,621,051,500,- untuk para korban tersebut diatas selama tahun 2011, selanjutnya Bupati Bandung mengamanatkan kepada para pihak terkait agar bantuan tersebut dapat sampai kepada yang berhak menerima tanpa ada pemotongan sekecil apapun dan dana ini bersumber dari Belanja Tak Terduga Kepala Daerah .
selain amanat yang disampaikan oleh Bupati Bandung, BPBD selaku badan koordinasi juga menekankan kepada para pengelola dan penerima bantuan agar dapat sesegera mungkin menyampaikan data faktual penerimaan atau penyerahan bantuan tersebut kepada yang berhak menerimanya di lapangan guna mempercepat proses pertanggungjawaban secara administrasi di BPBD.



Share:

Masyarakat Harus Paham Mitigasi Bencana

SOREANG,(GM)-
Masyarakat terutama yang tinggal di daerah rawan bencana alam, perlu memahami mitigasi bencana. Masih adanya kerugian besar maupun korban jiwa ketika terjadi bencana, menandakan mitigasi bencana belum sesuai dengan yang diharapkan.

Kepala Bidang Kabid Kedarutaran dan Logistik, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kab. Bandung Cecep Hendrawan mengatakan, untuk mengurangi risiko bencana, pihaknya terus melakukan sosialisasi mitigasi bencana kepada para tokoh masyarakat. Sosialisasi ini diikuti fasilitator gempa, relawan aktif dan unsur pegawai negeri sipil (PNS), SKPD, serta unsur TNI dan Polri.

"Banyaknya peristiwa bencana yang menimbulkan korban jiwa maupun kerugian harta benda, telah membuka mata kita bahwa mitigasi bencana masih sangat jauh dari yang diharapkan. Oleh karena itu mitigasi bencana perlu dipahami oleh semua kalangan," katanya kepada "GM", Minggu (27/11).

Dijelaskannya, pada dasarnya mitigasi bencana merupakan seluruh kegiatan yang meliputi aspek perencanaan dan penanggulangan bencana, baik sebelum, saat maupun sesudah terjadi. Dikatakannya, tujuan mitigasi antara mencegah korban jiwa, mengurangi penderitaan manusia, memberi informasi masyarakat dan pihak berwenang mengenai risiko, serta mengurangi kerusakan infrastruktur utama, harta benda dan kehilangan sumber ekonomis.

Cecep menuturkan, untuk mencapai tujuan mitigasi ini, semua pihak harus mengenal dan beradaptasi terhadap bahaya bencana serta melakukan kegiatan berkelanjutan untuk mengurangi atau menghilangkan risiko jangka panjang. (B.97)**
Share:

Puncak Musim Hujan Terjadi Januari 2012

Metrotvnews.com, Yogyakarta: Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Daerah Istimewa Yogyakarta, memperkirakan puncak musim hujan terjadi pada Januari 2012. Untuk itu, BMKG mengimbau masyarakat perlu mewaspadai ancaman banjir.

Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Daerah Istimewa Yogyakarta, Toni Agus Wijaya saat dihubungi di Yogyakarta, Senin (21/11), mengatakan, saat ini intensitas hujan rata-rata mencapai 20 milimeter per hari.

"Saat ini intensitas curah hujan masih sedang dan belum merata di seluruh wilayah DIY karena perbedaan suhu permukaan tanah," ungkapnya.

Menurut dia, intensitas hujan turun secara bertahap, yakni ringan, sedang, hingga banyak. "Januari intensitas hujan lebih banyak atau deras kemudian secara bertahap akan berkurang hingga April 2012," tambahnya.

Pola peralihan musim kemarau menjadi musim hujan kali ini berjalan normal. Sebab, tidak ada gangguan badai El Nino. Ia mengatakan pola peralihan musim dihitung BMKG dalam waktu 30 tahun terakhir.

Dia mengatakan pada musim hujan kali ini hanya terjadi gangguan cuaca jangka pendek dalam beberapa pekan ini. Gangguan cuaca jangka pendek ini biasa disebut dengan inter tropical convergen zone (ITCZ), yakni terjadi pertemuan angin tropis di beberapa daerah.

"Peningkatan uap air yang terjadi di beberapa daerah sebagai bagian dari gangguan cuaca jangka pendek itu terjadi sejak awal November," imbuhnya.

Selain ancaman banjir, masyarakat juga perlu mewaspadai terjadinya angin kencang yang sering terjadi mulai awal musim hujan. Angin kencang yang terjadi pada pekan ini terbagi dalam dua jenis angin, yakni angin kencang biasa dengan gerakan mendatar dan angin puting beliung dengan gerakan memutar atau membentuk pusaran.

Masyarakat juga perlu mewaspadai angin puting beliung. "Tanda-tanda terjadinya angin puting beliung adalah cuaca pagi hari panas. Penguapan panas secara lokal memicu terjadinya angin puting beliung yang ditandai dengan pembentukan awan cumulonimbus," pungkasnya.(Ant/****)

Share:

Pelaksanaan Sosialisasi dan Mitigasi Bencana Daerah Rawan Bencana di kabupaten Bandung.

BPBD Kabupaten Bandung bekerja sama dengan BPBD Prov Jabar dalam rangka PRB pengurangan resiko bencana melalui acara sosialisasi Mitigasi daerah rawan Bencana di kabupaten Bandung yang diselenggarakan selama 1 hari kerja penuh pada tanggal 22 Nopember 2011.
Kegiatan ini dilaksanakan atas dukungan dan kerjasama BPBD Prov Jawa Barat melaui Anggaran Tambahan 2011 APBD Prov Jabar. acara ini di ikuti oleh 100 orang peserta dari 16 Kecamatan yang memiliki kerawanan bencana dengan utusan para tokoh masyarakat, fasilitator gempa,relawan aktif dan unsur PNS disamping itu terlibat pula SKPD terkait Pemda Kabupaten Bandung dan unsur TNI POLRI.

Tujuan dari Sosialisasi Mitigasi Bencana inia adalah sebagai berikut :

Banyaknya peristiwa bencana yang terjadi dan menimbulkan korban jiwa serta kerugian harta benda di Indonesia, telah membuka mata kita bersama bahwa mitigasi bencana di negara kita masih sangat jauh dari yang kita harapkan. Kita yang hidup di wilayah rawan bencana alam harus selalu mendapatkan kerugian yang besar, dalam hal korban jiwa maupun harta benda, dalam setiap kejadian bencana. Pembangunan yang ada justru makin memperparah dampak bencana akibat tidak diperhatikannya kaidah-kaidah kebencanaan dalam pelaksanaan pembangunan.

Oleh karena itu pemahaman tentang mitigasi bencana perlu dipahami oleh semua kalangan. Pada dasarnya mitigasi bencana merupakan seluruh kegiatan yang meliputi aspek perencanaan dan penanggulangan bencana, pada sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana. Ketika tiga tahapan ini dipenuhi maka tujuan mitigasi bencana yang meliputi (1) mencegah kehilangan jiwa; (2) mengurangi penderitaan manusia; (3) memberi informasi masyarakat dan pihak berwenang mengenai risiko, serta (4) mengurangi kerusakan infrastruktur utama, harta benda dan kehilangan sumber ekonomis, akan dapat dimaksimalkan.


Hal - hal yang perlu diperhatikan untuk mencapai tujuan dari mitigasi bencana antara lain adalah pengenalan dan adaptasi terhadap bahaya alam dan buatan manusia, serta kegiatan berkelanjutan untuk mengurangi atau menghilangkan resiko jangka panjang, baik terhadap kehidupan manusia maupun harta benda. Menerapkan hasil penelitian dan transfer teknologi sangat penting untuk meningkatkan kualitas dari sistim peringatan dini terhadap bencana. Slain itu meningkatkan pengetahuan masyarakat (public awareness) tentang bencana melalui sosialisasi, pelatihan dan pembinaan serta meningkatkan kualitas kepemimpinan dan koordinasi adalah juga hal yang penting.

Lebih lanjut kami menyampaikan terima kasih atas segala perhatian dan kepeduliannya dari semua pihak terlebih lagi khususnya kepada Panitia Prov Jawa Barat.
Share:

Penanganan Banjir Cieunteung Bisa Tiru Bojong Citepus

SOREANG, (PRLM).- Penanganan banjir di Kp. Bojong Citepus, Desa Cangkuang Wetan, Kec. Dayeuhkolot, bisa dijadikan contoh dalam penanganan banjir di daerah-daerah langganan banjir Kab. Bandung. Dengan membuat kolam penampungan dan memasang dua mesin pompa ukuran besar membuat Kp. Bojong Citepus yang awalnya selalu terendam banjir kini genangan banjir hanya tinggal 10 cm ketika hujan besar turun.
“Ada tiga rumah pompa yang dibangun Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum yakni di Kp. Bojong Citepus, Kp. Parunghalang Kelurahan Andir Baleendah, dan di Majalaya. Warga Kp. Bojong Citepus merasakan dampak positif dengan pembangunan kolam penampung dan rumah pompa,” kata Ketua RT 01 RW 09 Kp. Bojong Citepus, Wardi, saat ditemui di rumahnya, Kamis (10/11).
Lebih jauh Wardi mengatakan, sejak tahun 2006 lalu BBWS Citarum membangun kolam penampungan banjir dan saluran air mengelilingi Kp. Bojong Citepus. “Sedangkan rumah-rumah di pinggir Sungai Citarum dibebaskan karena dibangun tanggul setinggi enam meter. Kp. Bojong Citepus hampir sama dengan Kp. Cieuntueng karena lokasinya berada di bawah Sungai Citarum,” katanya.
Ketika air hujan turun sehingga air hujan tak bisa mengalir ke Sungai Citarum yang lokasinya lebih tinggi. “Air hujan masuk ke saluran air yang mengeliling kampung lalu berakhir di kolam penampungan. Nantinya air akan dibuang ke Sungai Citarum melalui dua mesin pompa air ukuran besar yang dijalankan bisa sampai 12 jam sampai air surut,” katanya. (A-71/das)***
Share:

Banjir Banjaran karena Kiriman

BANJARAN,(GM)-
Masyarakat di daerah Kamasan, Banjaran dan sekitarnya, berharap Sungai Cisangkuy yang melintasi daerah tersebut segera dikeruk pemerintah. Sebab bencana banjir bandang yang mereka alami, kerap terjadi jika di wilayah Pangalengan dan sekitarnya hujan deras.

Salah seorang warga Kamasan, Tetep Darmawan kepada "GM", Rabu (9/11) menuturkan, warga Kamasan sering diterjang banjir bandang akibat luapan Sungai Cisangkuy. Anak Sungai Citarum ini meluap jika di daerah hulu seperti daerah Pangalengan dan sekitarnya hujan turun dengan deras.

Karena banjir bandang ini dikhawatirkan terjadi kembali bahkan lebih besar, Tetep berharap pemerintah melakukan pengerukan. Apalagi kondisi sungai sekarang sudah dangkal dan banyak tumpukan sampah. "Pengerukan tersebut terutama dari jembatan Jalan Raya Banjaran-Soreang sampai daerah Waas, Kec. Pameungpeuk dengan panjang sekitar 3 sampai 4 km," katanya.

Hal yang sama dikatakan Encang (48), warga lainnya. Ia berharap pemerintah melakukan penanganan Sungai Cisangkuy karena sudah membuat masyarakat menderita akibat terjangan banjir bandang. Bahkan kini rumahnya terpaksa ditinggalkan karena tinggal di sana tidak lagi membuatnya tenang.

"Saya lebih memilih pindah saja ke desa tetangga karena khawatir sewaktu-waktu terjadi banjir bandang. Semalam saja rumah saja terendam air sepinggang dan sekarang dipenuhi lumpur," katanya.

Sementara Yayat (60) mengaku dirinya berharap rumah warga yang sering terendam banjir dibebaskan dari kewajiban membayar pajak bumi dan bangunan (PBB). Sebab rumah warga ini terbilang bukan lahan produktif. "Saya sudah mengajukan ke Pemkab Bandung tahun lalu agar rumah warga yang sering terkena banjir dibebaskan dari pembayaran PBB. Tapi sampai sekarang belum ada tindak lanjutnya," ujarnya.

Sementara pascabanjir semalam, sejumlah warga disibukkan dengan lumpur yang mengendap akibat terbawa air Cisangkuy semalam. Lumpur yang mengendap di gang-gang dan rumah warga ini membuat susah warga karena cukup tebal dengan ketebalan 20-30 cm.

"Sejak tadi malam air sudah mulai surut dan hingga pagi tadi tinggal sisa-sisa lumpur yang dibawa banjir. Sementara warga yang mengungsi juga sudah bisa pulang ke rumah sekitar pukul 24.00 WIB," ungkap Kades Kamasan, Herli Purnomo.

Berita sebelumnya, Sungai Cisangkuy yang melewati Kec. Banjaran, Kab. Bandung kembali meluap dan merendam rumah warga di Kamasan dengan ketinggian 1-2 meter, Selasa (8/11) malam. Rumah warga yang terendam banjir bandang ini sekitar 220 unit dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 300 KK atau 1.200 jiwa.

Kepala Desa Kamasan, Herli Purnomo mengatakan, hanya berselang satu minggu, desanya sudah dua kali diterjang banjir. "Seminggu lalu, Sungai Cisangkuy meluap dan luapannya merendam sebagian wilayah desa," katanya.

Banjir Bandang merendam rumah di 5 RW, yaitu RW 03, 04, 05, 06, dan RW 07. Warga untuk sementara diungsikan ke Masjid Persatuan di RW 06, Bale RW 06, dan sejumlah rumah yang tidak terendam. (B.97/B.35)**
Share:

Tak Jamin Selesaikan Banjir


BALEENDAH,(GM)-
Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto mengakui, pengerukan dalam program normalisasi Citarum tidak secara otomatis menjamin persoalan banjir di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum selesai. Menurutnya, target program tersebut terutama melancarkan aliran Citarum.

Hal itu diungkapkan Djoko kepada pers selepas pengerukan pertama yang dilakukannya di atas backhoe di sela-sela launching Rehabilitasi Prasarana Pengendali Banjir Sungai Citarum, Rabu (9/11) di DAS Citarum, Kp. Karees, Kel./Kec. Baleendah, Kab. Bandung.

Acara tersebut antara lain dihadiri Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, Bupati Bandung Dadang M. Naser, Bupati Kab. Bandung Barat (KBB) Abubakar, Wakil Wali Kota Cimahi Eddy Rachmat, Kapolres Bandung AKBP Sony Sonjaya, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Citarum (BBWSC) Ali Hasanudin, perwakilan Kodam III/Siliwangi, dan perwakilan beberapa kontraktor pelaksana normalisasi. "Program ini tidak bisa menjamin nantinya tidak ada banjir," ungkap Djoko kepada wartawan.

Menurutnya, target program yang disebutnya sebagai Rehabilitasi Prasarana Pengendali Banjir Sungai Citarum tersebut adalah melancarkan aliran Sunghai Citarum. Diharapkan lancarnya aliran sungai tersebut bisa mengatasi masalah banjir yang selama ini menjadi masalah masyarakat di sekitar DAS Citarum, khususnya di Kab. Bandung.

"Targetnya 'kan melancarkan aliran air, supaya mengalir sesuai jalur aliran Sungai Citarum," tandasnya.

Dalam sambutannya Djoko mengatakan, permasalahan Citarum sangat kompleks. Selain menyangkut pendangkalan dan sedimentasi, juga menyangkut pencemaran limbah, baik limbah rumah tangga maupun industri, selain terkait gundulnya hutan di sekitar DAS Citarum. Karena itu penanganan harus dilakukan secara terpadu dan komprehensif.

"Penanganan harus terpadu, mulai pendekatan struktural dan nonstruktural, pemberdayaan masyarakat dan pendekatan sosial budaya, terutama penyadaran perilaku buang sampah," ungkapnya.

Menurut Djoko, untuk melaksanakan program tersebut, pemerintah pusat harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Menurutnya, total biaya program normalisasi tersebut Rp 35 triliun dalam 15 kali anggaran atau 15 tahun, atau Rp 1,3 triliun untuk tiga kali anggaran, yaitu APBN 2011, 2012, dan 2013.

"Karena itu saya minta kepada BBWSC untuk melaksanakan program tersebut sebaik-baiknya," ujarnya.

Pengerukan akan dilakukan di Sungai Citarum sepanjang 180 km, mulai dari Citarum hulu, yaitu Sapan hingga Muara Gembong. Pengerjaannya terbagi dalam tiga ruas, yaitu ruas Citarum hulu yang meliputi Sapan Kab. Bandung hingga Nanjung (KBB) dengan panjang 45 km, ruas Bendungan Jatiluhur hingga Bendungan Curug sepanjang 9,5 km, dan ruas Walahar (Karawang) hingga Muara Gembong (Bekasi).

Limbah kotoran

Menurut Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Citarum, Hasanudin, Setiap hari sekitar 400 ton limbah kotoran hewan ternak mencemari Sungai Citarum. Selain itu 250.000 kubik sampah rumah tangga ikut mencemari sungai ini.

"Karena itu wajar jika pada tahun 2007 sebuah lembaga riset independen internasional menetapkan Sungai Citarum sebagai sungai terkotor di dunia," katanya.

Selain itu, di sepanjang pinggir DAS Citarum, banyak terjadi alih fungsi lahan. Lahan kritis yang dilintasi DAS Citarum mencapai 46.000 hektare. Menurutnya, berbagai upaya yang telah dilakukan sama sekali belum bisa mengatasi banjir.

Dikatakan, limbah ternak berasal dari sentra peternakan hewan yang ada di Kab. Bandung dan Kab. Bandung Barat. Umumnya, lanjut Hasanudin, para peternak menjadikan Citarum sebagai tempat membuang sampah dan limbah.

Kondisi tersebut diperparah oleh penggundulan hutan di kawasan hulu. Di samping penurunan air muka tanah akibat penggunaan air tanah berlebih, sedimentasi, dan buangan sampah ke sungai. Sementar posisi geografis kawasan Bandung yang berada di daerah cekungan, menurutnya, menyebabkan daerah ini mempunyai potensi tergenang air yang cukup tinggi (banjir, red).

Karena itu pihaknya berharap, program pengerukan Sungai Citarum ini menjadi proses rehabilitasi upaya pengendalian banjir yang seringkali menimpa warga khususnya di Kab. Bandung. Antara lain meliputi Kec. Baleendah, Banjaran, Bojongsoang, Rancaekek, Solokan jeruk, Majalaya, dan Ciparay.

Strategi Kab. Bandung

Bupati Bandung Dadang M. Naser mengatakan, keberadaan Citarum sangat penting. Terlebih sungai terbesar di Jawa Barat ini melewati beberapa kabupaten atau kota, mulai dari Kab. Bandung, Kota Cimahi, KBB, Purwakarta hingga Kab. Bekasi.

"Untuk mengatasi hal ini, kami Pemkab Bandung akan melakukan beberapa strategi, di antaranya gerakan vegetatif (penanaman) kawasan hulu sungai hingga hilir. Penyadaran atau rekayasa sosial agar masyarakat mencintai Citarum dan melakukan penyodetan atau pengerukan," ujarnya.

Menurutnya, ditetapkannya Citarum sebagai sungai terkotor di dunia harus menjadi motivasi bagi semua komponen masyarakat agar terlibat dalam memperbaiki Citarum. Dikatakan, sewaktu kecil dirinya masih bisa menikmati berenang di Citarum dan memancing ikan.

"Tapi sekarang ikan yang ada di Citarum hanya ikan sapu-sapu saja. Butuh komitmen semua pihak, tidak sendiri-sendiri membenahinya," ujar politisi Partai Golkar ini.

Sementara itu, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengatakan, kompleksnya permasalahan Citarum membuat normalisasinya membutuhkan penanganan yang komprehensif dan lintas departemen. Tidak hanya melibatkan Kementerian PU, melainkan juga Departemen Pertanian dalam kaitan dengan peternakan, Departemen Perindustrian terkait penataan industri, dan Departemen Kehutanan dalam kaitan dengan penghijauan hutan di DAS Citarum.

"Selain itu, terkait dengan limbah industri misalnya, dibutuhkan kebijakan dari Departemen Perindustrian untuk mengupayakan agar pembuatan IPAL (instalasi pengolahan air limbah) oleh industri dilakukan sebaik mungkin. Jangan ada lagi alasan mahal," papar Ahmad.

Insiden backhoe

Acara launching normalisasi Citarum diwarnai insiden kecil, yaitu tenggelamnya backhoe ke Sungai Citarum. Backhoe tersebut sedang meratakan lokasi yang dipakai acara launching di pinggiran Citarum. Sekitar 30 menit sebelum Menteri PU datang, backhoe yang terparkir di pinggir Citarum tersebut tiba-tiba hanyut dan sebagian bodinya terendam sungai yang permukaaannya sedang naik.

Kurang lebih 30 menit, berbarengan dengan tibanya Menteri PU Djoko Kirmanto, tiba-tiba backhoe tersebut hanyut terbawa arus sejauh sekitar 15 meter dari tempat "jatuh"-nya semula. Menteri sendiri sempat menyaksikan pemandangan "lucu" tersebut. Insiden tersebut juga menjadi perhatian para undangan dan pengunjung yang menganggapnya sebagai hiburan segar. Meskipun bagi panitia justru sebaliknya. Mereka sibuk menarik kembali backhoe ke pinggir sungai.

Selain itu, dalam acara tersebut juga ada aksi empat perahu kecil yang masing-masing diawaki dua anggota komunitas Barudak Baraya Cisangkuy Citarum (B2C2). Masing-masing perahu membawa spanduk bertuliskan pesan lingkungan, seperti "Ada apa dengan Citarum?", "Pulihkan Citarum", dan "Salametkeun Citarum keur anak incu urang".

"Dengan aksi ini kita mendukung program pengerukan Citarum. Tapi kita juga berharap semua ini tidak hanya seremonial tanpa penanganan menyeluruh yang mengatasi permasalahan seperti banjir," papar koordinator aksi, Reki. (B.35)**
Share:

Masa Tanggap Darurat Pasar Cicalengka Diperpanjang Seminggu

SOREANG, (PRLM).- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kab. Bandung memperpanjang masa darurat penanganan korban kebakaran Pasar Cicalengka untuk tujuh hari mendatang. Pasokan logistik untuk korban kebakaran selama ini masih cukup baik dari Pemkab Bandung, Pemprov Jabar, maupun Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
“Dari hasil evaluasi pelaksanaan tanggap darurat kebakaran pasar dan permukiman penduduk di Kp. Pasar RW 02 Desa Cicalengka Wetan menunjukkan masih belum berdayanya masyarakat di lokasi kejadian, sehingga masa tanggap darurat di perpanjang tujuh hari kedua,” kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Bandung Cecep Hendrawan, Minggu (30/10), di ruang kerjanya.
Diberitakan sebelumnya, ratusan kios dan lapak Pasar Cicalengka musnah terbakar pada Sabtu lalu (22/10). Selain itu, ratusan rumah penduduk yang lokasinya berdekatan dengan Pasar Cicalengka dan sebuah masjid juga ikut dilahap si jago merah.
Lebih jauh Cecep mengatakan, pemenuhan kebutuhan logistik dasar kedaruratan dalam kapasitas siap yang di dukung oleh kesiapan logistik BPBD Jabar, BNPB, Dinas Sosial Jabar dan Dinsosdukcasip Kab. Bandung. “Masyarakat dan LSM juga ikut membantu dalam penyediaan logistik bagi korban kebakaran ini,” katanya.
Untuk lebih melayani lebih baik kepada korban bencana, menurut Cecep, idealnya BPBD Kab. Bandung memiliki dana siap pakai sehingga tidak terbentur urusan birokrasi dalam pertolongan kepada korban. “Sampai saat ini belum ada dana siap pakai di rekening BPBD Kab. Bandung sehingga untuk pengadaan logsitik bantuan kadang terhambat,” katanya.
Sementara itu, artis sekaligus anggota DPR, Rachel Maryam, bersama dengan pengurus Gerindra Jabar dan Kab. Bandung menyerahkan bantuan untuk korban kebakaran Pasar Cicalengka. "Kami turut prihatin dan merasakan kepedihan yang dialami para pedagang maupun masyarakat yang ikut menjadi korban kebakaran," kata Rachel dalam pernyataannya yang diterima "PRLM", Sabtu (29/10).
Bantuan yang diserahkan berupa selinmut, sajadah, sarung, pakaian seragam sekolah, dan obat-obatan. Rachel juga mendesak agar Pemkab Bandung segera membangun pasar darurat agar para pedagang bisa kembali menjalankan aktivitasnya. "Pasar lama yang terbakar juga perlu secepatnya dibangun kembali karena pasar berkaitan dengan perekonomian masyarakat," katanya.
Ikut mendampingi Ketua Gerindra Jabar H. Oo Sutisna, Ketua Gerindra Kab. Bandung H. Yayat Hidayat dan dua anggota DPRD Kab. Bandung dari Gerindra yaitu H. Aep Saefullah dan Afendi. (A-71/das)***
Share:

Pasar Cicalengka Seperti Sisa Perang

CICALENGKA,(GM)-
Pascakebakaran yang menghanguskan 639 kios dan 487 lapak PKL serta 104 rumah warga, Sabtu (22/10) pukul 14.40 WIB, Pasar Tradisional Cicalengka Kab. Bandung seperti bekas perang. Ratusan pedagang kehilangan harta benda. Bahkan sebagian kehilangan mata pencaharian setelah barang-barang miliknya ludes dilalap si jago merah.

Sementara untuk mengetahui sebab-sebab kebakaran, Polres Bandung sudah memeriksa empat saksi. Mereka adalah R. Dede Septijadi (53) Kepala UPTD Pasar Cicalengka dan tiga orang pedagang, yaitu Abas (50), Widowati (36), Sugino (36).

Pantauan "GM" di lokasi Minggu (23/10), jajaran Muspika Cicalengka, anggota DPRD Kab. Bandung, UPTD Pasar Cicalengka, dan BPBD Kab. Bandung mengadakan pertemuan dengan 100 lebih pedagang di aula kantor Camat Cicalengka, Minggu (23/10).

Pertemuan dihadiri Camat Cicalengka Achamd Rizky Nugraha, Kapolsek Cicalengka Kompol Teddy Wijaya, S.H., Danramil Cicalengka Kapten Rifai Lubis, anggota DPRD Kab. Bandung, Cecep Suhendar, dan pihak terkait lainnya.

Kapolres Bandung, AKBP Sony Sonjaya, S.I.K. melalui Kapolsek Cicalengka, Kompol Teddy Wijaya, S.H. mengatakan, pihaknya kini berusaha mengamankan barang-barang milik para pedagang yang masih tersisa. Hal itu untuk menghindari penjarahan di lokasi. Pengamanan dengan menurunkan satu peleton pasukan Dalmas Polres Bandung. "Pengamanan yang dilakukan kepolisian itu, setelah api mulai padam Sabtu malam pukul 21.30 WIB," katanya.

Untuk penyelidikan lebih lanjut pihaknya akan mendatangkan Puslabfor dari Mabes Polri untuk mengetahui penyebab kebakaran.

Camat Cicalengka, Achmad Rizky Nugraha mengatakan, berdasarkan data terakhir diketahui, 639 kios dan 487 lapak PKL, kantor UPTD Pasar, dan Masjid Ahidayah luluh lantak. Sedangkan rumah yang terbakar sebanyak 104 unit tersebar di RT 01-RT 04/RW 04 Desa Cicalengka Wetan yang dihuni 159 KK (600 jiwa). Dari ratusan jiwa itu, 76 balita dan 3 ibu hamil.

"Data ini segera kami laporkan ke Bupati," katanya.

Sementara itu Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskoperindag) Kab. Bandung, Bambang Budiraharjo mengatakan pihaknya belum mengetahui berapa besaran kerugian yang diderita pedagang Pasar Cicalengka.

"Untuk kerugian masih dihitung, yang jelas miliaran rupiah," tegasnya.

Pasar darurat

Pengurus Ikatan Pedagang Pasar Cicalengka Soleh mengharapkan, para pedagang bisa berdagang kembali. "Kami tak bisa menunggu lama. Apalagi, ini urusan perut," katanya.

Untuk itu, ia berharap Pemkab Bandung memfasilitasi dan merekomendasikan agar Jalan Raya Cicalengka Barat sebagai Tempat Penampungan Sementara (TPPS).

"Kami berharap, tidak terjadi perebutan lahan. Jadi, diharapkan ada garis pembatas. Soalnya, besok (hari ini, red) pedagang yang masih memiliki barang yang tersisa, bisa berjualan kembali. Jangan sampai kami menjadi korban akibat kebakaran ini. Apalagi, di pasar ini ada lebih dari 1.000 pedagang," katanya

Sedangkan Endih, pedagang pakaian mengharapkan, pasar darurat tidak jauh dari lokasi yang sekarang. Meski sampai saat ini para pedagang belum bisa menentukan akan berdagang di mana.

"Ibu mah, ingin berdagang kembali. Soalnya, sumber pencaharian sehari-hari dari berdagang," harap Hj. Oneng (56), seorang pedagang pakaian kepada "GM" di sela-sela pertemuan dengan muspika.

Sama halnya yang dikatakan Ny. Imas Masitoh (47), pedagang pakaian lainnya. Menurutnya, sebagian besar barang miliknya sudah menjadi abu.

Desakan dibangunnya pasar darurat, juga disampaikan anggota Komisi A DPRD Kab. Bandung, Cecep Suhendar. Ia menyatakan prihatin atas peristiwa kebakaran tersebut. Ia pun mengharapkan Pemkab Bandung dan dinas terkait segera memberikan pertolongan kepada para korban. "Termasuk, Pemkab Bandung juga segera mencari tempat untuk mengevakuasi para pedagang dan korban yang rumahnya terbakar," katanya.

Hal senada disampaikan Ketua Komisi D, Saepul Bahri. "Pentingnya segera membangun pasar darurat ini, supaya para pedagang tidak mengalami kerugian dobel, yaitu kerugian materi karena kiosnya terbakar dan kerugian karena tidak bisa berdagang lagi pascakebakaran. Untuk kerugian yang kedua bisa diantisipasi dengan segera membangun pasar darurat," timpal Saepul.

Sementara itu, BPBD Provinsi Jabar telah menyalurkan bantuan untuk korban kebakaran Pasar Tradisional Cicalengka, di antaranya air minum 40 dus, mi instan 40 dus, kecap 5 dus, bubur bayi 5 dus, susu bubuk 5 dus, empat terpal, tikar plastik 24 dus, selimut 30, dan minyak goreng 5 dus. Selain itu, peralatan mandi 40 dus. (B.105/B.35/B.84)**
Share:

Gelar Relawan PB untuk Mewujudkan Relawan yang Tanggap, Tangkas dan Tangguh


Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Ir. Sugeng Triutomo, DESS., - mewakili Kepala BNPB DR. Syamsul Maarif, Msi. yang sedang dalam perjalanan dari Sumatera Barat - membuka secara resmi acara “Gelar Relawan Penanggulangan Bencana Tahun 2011” di Bumi Perkemahan Kiara Payung, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat, Jumat sore (14/10). Acara tersebut akan berlangsung selama 3 (tiga) hari mulai tanggal 14-16 Oktober 2011.

Dalam kata sambutan Syamsul Maarif yang dibacakan oleh Sugeng Triutomo mengatakan, “Kita dapat bersama-sama bertemu dalam acara Gelar Apel Gabungan Relawan Penanggulangan Bencana dari lembaga usaha dan organisasi masyarakat. Saya mengucapkan terima kasih dan selamat datang di Bumi Perkemahan Kiara Payung, Jatinangor ini di sela-sela kesibukan para relawan sehingga dapat hadir dalam acara ini.”

Menurut Syamsul Maarif bahwa wilayah Indonesia berada di daerah yang sangat rawan bencana, baik bencana alam maupun bencana sosial. Berbagai bencana silih berganti mengguncang Indonesia, seperti saat ini ada 16 gunung api dengan status Waspada dan 5 gunung dengan kondisi Siaga dan yang terakhir gempa bumi di Bali. Untuk itu upaya-upaya penanggulangan bencana dengan penguatan dalam mengurangi risiko bencana menjadi sangat penting, khususnya di daerah-daerah rawan bencana.

 “Peran relawan yang diandalkan dalam penanggulangan bencana selama ini sudah sangat eksis, terutama dalam masa tanggap darurat. Peranan relawan yang cukup signifikan, kecepatan dan semangat dalam melakukan aksi penanggulangan bencana. Hampir 80% upaya penanangan darurat dilakukan oleh masyarakat itu sendiri, termasuk oleh para relawan. Selain itu juga diharapkan para relawan dalam upaya penanggulangan bencana dapat lebih berperan dalam fase sebelum bencana, pada saat terjadi bencana hingga pasca bencana. Ada beberapa tantangan sehubungan dengan peran relawan, seperti koordinasi, kompetensi, prosedur tetap (protap), jaringan dan kemitraan. Oleh karena itu BNPB menganggap perlu untuk mewujudkan relawan yang tanggap, tangkas dan tangguh dalam penanggulangan bencana, “kata Syamsul Maarif seperti yang dibacakan oleh Sugeng Triutomo.

Direktur Pemberdayaan Masyarakat BNPB Ir. H. Medi Herlianto, CES, MM., sebagai Ketua Panitia Gelar Relawan PB melaporkan, “Tujuan pelaksanaan acara Gelar Relawan PB ini antara lain: (1) Membangun koordinasi yang baik dan efektif antar-relawan, (2) Meningkatkan pemahaman dan ketrampilan relawan sesuai keahlian bidang PB, dan (3) Meningkatkan kesiapsiagaan dan ketrampilan relawan melalui simulasi lapangan PB.”

Medi Herlianto melanjutkan bahwa sasaran kegiatan ini adalah sebagai berikut:
Terjalinnya koordinasi yang baik dan efektif antar-relawan penyelenggaraan Gelar Relawan.
  1.           Meningkatnya pemahaman, kemampuan dan keterampilan relawan terkait dalam penyelenggaraan PB.
  2.           Meningkatnya kesiapsiagaan relawan dan aparatur terkait dalam PB. 
“Acara dengan tema ‘Relawan Menjadi Pilar Penting dalam Penanggulangan Bencana’ ini diikuti oleh sekitar 400 peserta relawan PB yang berasal dari 25 organisasi sosial masyarakat dan 16 lembaga usaha, 6 perguruan tinggi dan Instansi Pemerintah dari Jakarta dan Jawa Barat, “kata Medi Herlianto.
Acara dalam Gelar Relawan PB ini meliputi (1) Apel Siaga gelar relawan, (2) Diskusi Cluster, (3) Pembelajaran clusterrelawan, (4) Simulasi PB, (5) Sertifikasi relawan, (6) Api unggun dan Refleksi Kegiatan, serta (7) Informasi dan media komunikasi. Pada acara ini juga terdapat pameran kebencanaan yang diikuti oleh lembaga usaha dan organisasi serta instansi pemerintah dan perguruan tinggi dengan menampilkan beberapa informasi kebencanaan dan peralatan pendukung kebencanaan. Peserta pameran antara lain:
  1.      Karina.
  2.      PT Transavia.
  3.      Sekar Telkom.
  4.      Pusdatinmas BNPB.
  5.      BPBD Provinsi Jawa Barat.
  6.      Pusat Krisis Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
  7.      Pusat Penelitian Mitigasi Bencana Institut Teknologi Bandung.
  8.      Sinarmas.
  9.      MDMC.
  10.      Pertamina Peduli.
  11.      IOM.
  12.      Yayasan SAR Indonesia.
  13.      Artha Graha Peduli.
  14.      Compnet.
  15.      Pramuka.
  16.      STKS Bandung.
Share:

BNPB Gelar Relawan Nasional di Jatinangor


Jakarta, PODIUM - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menggelar pertemuan dengan para relawan tingkat nasional di Bumi Perkemahan Kiara Payung Jatinangor, Jawa Barat, selama 3 hari (14-16 Oktober 2011).
Pertemuan dilakukan guna meningkatkan koordinasi dan profesionalisme para relawan. Pertemuan juga bertujuan meningkatkan kesiapsiagaan, koordinasi, pemahaman dan peningkatan keterampilan relawan. 
"Kita perlu makin solidkan koordinasi diantara para relawan, dan juga meningkatkan kemampuan mereka, sehingga jika ada suatu kejadian, para relawan segera tahu harus melakukan apa dan lain sebagainya," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, kepada PODIUM di Jakarta, 14 Oktober 2011.
Lebih dari 500 relawan hadir di Jatinagor, yang berasal dari 25 organisasi sosial masyarakat, 16 lembaga usaha, 5 perguruan tinggi dan berbagai instansi pemerintah. 
"Relawan menjadi bagian penting dalam menghadapi dan penanganan sebuah bencana," tegas Sutopo. Relawan terlibat dalam pra, saat dan pascabencana, tegasnya. 
Dalam gelar relawan tersebut akan dilakukan pembelajaran sistem cluster, sertifikasi, manajemen informasi dan sebagainya.

Reporter: Mario
Editor: Anung Sari
Share:

BNPB Gelar Relawan Penanggulangan Bencana


INILAH.COM,Jakarta - Guna meningkatkan koordinasi dan profesionalis relawan maka Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menggelar pelatihan relawan penanggulangan bencana di Bumi Perkemahan Kiara Payung Jatinangor Jawa Barat.
"Acara ini akan berlangsung selama 3 hari mulai tanggal 14 Oktober sampai - 16 Oktober 2011 dengan tujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan, koordinasi, pemahaman dan peningkatan keterampilan relawan," kata Direktur pusat data dan informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Dr. Sutopo Purwo Nugroho dalam siaran persnya yang diterima INILAH.COM, Jumat, (14/10).
Sutopo menjelaskan, lebih dari 500 relawan yang berasal dari 25 organisasi sosial masyarakat, 16 lembaga usaha, 5 perguruan tinggi dan berbagai instansi pemerintah ikut dalam program ini. Relawan menjadi bagian yang penting. Pasalnya, relawan terlibat dalam pra, saat dan pasca bencana.
"Dalam gelar relawan dilakukan pembelajaran sistem cluster, sertifikasi, manajemen informasi dan sebagainya," pungkas Sutopo.(ndr)
Dapatkan berita populer pilihan Anda gratis setiap pagi di sini atau akses mobile langsung http://m.inilah.com via ponsel dan Blackberry !
Share:

Gunung Papandayan Keluarkan Gas Beracun

TEMPO InteraktifGarut - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi mengimbau masyarakat di sekitar Gunung Api Papandayan yang berada di Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut, Jawa Barat, untuk meningkatkan kewaspadaannya saat memasuki musim hujan sekarang ini.

Sebab, gunung api yang sedang berstatus siaga ini dapat mengeluarkan gas beracun dan longsor. “Beberapa hari terakhir ini sering terjadi kabut tebal setelah diguyur hujan,” ujar Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Papandayan, Momon, kepada Tempo, Rabu, 12 Oktober 2011.

Menurut dia, gas beracun yang dapat dikeluarkan dari kawah Gunung Papandayan ini berupa gas carbon dioxide (Co2). Gas ini sangat berbahaya bagi kesehatan. Bahkan dapat menyebabkan kematian bagi orang atau makhluk hidup lain yang menghirupnya langsung.

Gas berbahaya ini sering muncul setelah diguyur hujan. Sebab, air hujan yang masuk ke dalam kawah menyebabkan kondisi suhu menjadi lembap. Kondisi seperti ini pernah terjadi di Gunung Dieng, Jawa Tengah. Sejumlah hewan dan tanaman sayur mati akibat gas beracun ini. “Gas beracun ini susah dideteksi dan tidak bisa dilihat oleh pancaindra,” ujar Momon.

Karena itu, Momon meminta masyarakat dan pengunjung agar tidak mendekat ke kawah Papandayan. Jarak aman dari kawah yang telah ditetapkan sekitar 2 kilometer. “Apalagi kalau sudah ada kabut tebal, diharapkan jangan ada yang mencoba mendekat kawah,” ujarnya.

Momon menambahkan, konsentrasi gas beracun ini akan berkurang pada siang hari. Konsentrasi gas akan terpecah pada saat terkena sinar matahari dan angin. Kelembapan suhu di sekitar kawah pun akan berkurang bila sinar matahari tidak terhalang.

Selain gas beracun, di Gunung Papandayan juga sering terjadi longsor pada saat musim hujan. Guguran tanah sering terjadi di tebing bagian kanan dan kiri kawah. Rapuhnya kondisi tebing ini merupakan sisa bekas letusan pada 2002 lalu.

Momon menambahkan, meski saat ini status Gunung Papandayan masih siaga atau level III, aktivitas kegempaan relatif menurun. Berdasarkan data terakhir, tercatat 3 tektonik jauh dan satu kali vulkanik dalam. "Hingga saat ini, aktivitas Gunung Papandayan relatif menurun," ujar Momon. 

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Garut, Zat Zat Munajat, mengatakan pihaknya masih terus melakukan peningkatan kesiagaan terkait situasi Gunung Papandayan. Koordinasi pemantauan kondisi lapangan terus dilakukan dengan sejumlah instansi. “Sosialisasi terus dilakukan, pengamanan kita lebih ke masyarakat. Termasuk pemberitahuan gas beracun,” ujar Zat Zat.

Dia mengaku pihaknya pun telah melakukan simulasi dan gladi posko bersama masyarakat bila bencana letusan Gunung Papandayan terjadi. Bahkan pihaknya telah menyiapkan jalur evakuasi dan tempat pengungsian bencana.

Evaluasi kesiapan letusan Gunung Papandayan, kata Zat Zat, terus dilakukan. Misalnya, apakah perlu ada bantuan terkait terganggunya mata pencaharian penduduk dan apakah masyarakat perlu dievakuasi atau tidak dalam waktu dekat ini. “Segalanya terus kita siapkan dan pemantauan di masyarakat juga terus dilakukan,” ujarnya.

SIGIT ZULMUNIR
Share:

BMKG Prediksi Musim Hujan Bulan Oktober


JAKARTA, TRIBUNJAMBI - BMKG dalam keterangan persnya menyatakan, awal musim hujan jatuh pada Oktober 2011. 


Prakiraan ini disampaikan BMKG dalam jumpa pers yang digelar di Ruang Utama BMKG, Kemayoran Jakarta pusat, Selasa (13/9/2011).


Menurut data yang diperoleh, pada bulan Oktober, zona musim diprakirakan sebanyak 131 zona musim atau 38,3 persen. Pada bulan November, zona musim berkurang menjadi 121 zona musim atau 35,38 persen.


Kemudian, dalam tabel prakiraan musim hujan untuk daerah di Inndonesia beragam sebagai berikut :


Agustus


Daerah Sumatera bagian utara, sebagian Riau bagian barat, Tanjung Jabung, dan Kota Jambi bagian timur. Untuk pulau lain masih menghadapi musim kemarau.


September


Pulau Sumatera : Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi dan Bangka. 
Pulau Jawa : Bogor, Tasikmalaya, Ciamis dan Banjarnegara.   
Kalimantan : Ketapang, Kutai, Malinau, dan Kertanegara.


Oktober
Sumatera : Jambi, Sumatra Selatan, Lampung dan Bangka.
Jawa : Banten, Jawa Barat bagian Tengah, Jawa Tengah bagian tengah dan Jawa Timur bagian tengah Bali dan sekitarnya, kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua


November


Sumatera : Aceh dan Lampung
Jawa : Serang bagian utara, Tangerang bagian utara, DKI Jakarta, Jawa tengah dan Jawa timur.
Bali dan sekitarnya, Kalimantan, Sulawesi, maluku dan Papua.


Desember


Sebagian besar kota-kota di pulau Jawa, Bali, Sulawesi, Maluku dan Papua.


Dari tabel diatas dapat dilihat prakiraan musim hujan terbanyak pada bulan Oktober yang hampir seluruh pulau dan kota di Indonesia diguyur hujan.(*)


Editor : esotribun
Sumber : Tribunnews
Share:

Lintas Berita : "Semua Penumpang Tewas di Tempat Duduk"


MEDAN -- Setelah tiga hari, akhirnya tim evakuasi mampu mencapai lokasi jatuhnya pesawat Casa 212-200 yang celaka di Bahorok, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, Kamis lalu (29/9). Sayang, keberhasilan mencapai lokasi tidak dibarengi kabar menggembirakan.


Sebab, yang ditemukan tim hanyalah pesawat yang telah hancur beserta seluruh penumpangnya berjumlah 18 orang, termasuk kru yang telah jadi mayat. "Dari pencarian yang kami lakukan sampai di lokasi jatuhnya pesawat, awak dan penumpang semua meninggal dunia," kata Kepala Badan SAR Nasional Marsekal Madya Daryatmo di Lanud Polonia, Medan, kemarin (1/10).


Menurut Daryatmo, saat ditemukan, kondisi pesawat Casa milik maskapai PT Nusantara Buana Air (NBA) itu sangat mengenaskan. Badan pesawat yang terlihat dari udara masih utuh ternyata hancur. Bagian depan pesawat hancur; sayap bagian kanan dan kiri patah; ekor pesawat juga patah dan tersangkut di pohon.


Ke-14 penumpang dan empat kru tewas dalam posisi terduduk di kursi masing-masing. Sementara pintu pesawat tertutup. "Kondisi seluruh penumpang tewas di posisi masing-masing," ucap Daryatmo.


Kata dia, diperkirakan korban tewas akibat hantaman pesawat yang menabrak pepohonan. Saat itu kecepatan pesawat antara 130"140 knot per jam. "Saat pesawat menabrak pepohonan, saat itu penumpang tewas," kata Daryatmo.


Seperti diketahui, sebelumnya tim evakuasi mengalami kendala untuk mencapai lokasi karena tempatnya yang jauh dan medan yang sangat sulit ditembus melalui jalur darat. Sehingga dibutuhkan waktu tiga hari untuk tiba di lokasi.


Pesawat Casa buatan 1989 itu berpenumpang 14 orang, empat di antaranya anak-anak serta empat kru. Pesawat berangkat dari Bandara Polonia pukul 07.28 WIB Kamis lalu. Pesawat yang seharusnya tiba di Bandara Alas Leuser, Kuta Cane, Aceh Tenggara, itu kehilangan kontak sepuluh menit sebelum mendarat.


Untuk mengevakuasi korban, tim rencananya membawa mereka ke Bahorok, kemudian baru diterbangkan dengan helikopter ke Medan. Di Medan seluruh jenazah akan dibawa ke RS Adam Malik untuk dilakukan identifikasi.


Namun, cuaca buruk benar-benar menjadi hambatan terbesar bagi tim penolong. Sekitar pukul 13.00, saat tim masih sibuk melakukan evakuasi, tiba-tiba kabut tebal menyelimuti bukit Bahorok. Evakuasi pun terpaksa dihentikan. Padahal, belum ada satu pun jenazah korban yang berhasil diangkat dari lokasi kejadian. "Cuaca lagi buruk. Lokasi pesawat ditutupi awan tebal sehingga membuat evakuasi dihentikan. Kapan dilakukan evakuasi lagi, belum tahu," ungkapnya.


Ya, Bahorok memang terkenal dengan anginnya yang mengerikan, yang sering memorak-porandakan areal persawahan dan perkebunan warga. Belum lagi cuaca yang tiba-tiba bisa berubah secara drastis.


Itu pula yang terjadi kemarin. Cuaca yang sebelumnya panas terik dalam sekejap berubah menjadi mendung, berkabut, dan angin bertiup kencang. Hal tersebut yang memaksa tim penolong menghentikan evakuasinya. Sebab, dengan kondisi seperti itu, helikopter penolong tidak bisa menurunkan tim ke dalam hutan. 


Meski demikian, tim evakuasi beranggota 14 orang yang sudah diterjunkan kemarin pagi terus berupaya membuka jalan. Tim yang terdiri atas SAR, Brimob, dan TNI itu juga membawa logistik guna bermalam di tempat jatuhnya pesawat. Mereka juga dilengkapi dengan gergaji mesin yang akan dipergunakan untuk membuka hutan agar helikopter penolong yang direncanakan meluncur pagi ini dapat mendarat di dekat lokasi. Sebab, mengevakuasi para korban tidak bisa dilakukan dengan jalan darat.


Karena itu, seluruh anggota tim yang tadi malam bermalam tak jauh dari jatuhya pesawat harus bekerja ekstrakeras menebangi hutan untuk membuat helipad. Namun, anggota tim yang sudah mengetahui dan melihat pesawat secara langsung juga tidak dapat berbuat banyak. Sebab, jika salah langkah sedikit saja, pesawat yang berada di lereng bukit tersebut dapat terjatuh ke jurang dan itu bisa memperparah keadaan.


Direktur Operasi Basarnas Marsekal Pertama TNI Sunarbowo Sandi yang berada di Posko SMP Negeri 1 Pekan, Bahorok, Kabupaten Langkat, mengatakan bahwa tim tengah berusaha mengeluarkan seluruh korban dari dalam pesawat. Menurut dia, evakuasi melalui jalur darat sulit dilakukan. Sebab, posisi pesawat berada di bukit yang terpotong. "Maka, tadi kita sarankan untuk menarik seluruh tim yang melakukan penyisiran dari jalur darat. Sebab, posisi pesawat berada di antara bukit yang terpotong. Jangan sampai nanti tim SAR malah jadi di-SAR," tutur Sunarbowo.


Mengenai kondisi pesawat saat ini, Sunarbowo juga mengatakan, kondisi pesawat di bagian depan hancur karena terkena benturan keras pada dinding gunung. "Untuk posisi di depan, kita harus memotong kursi pesawat," ucapnya.


Sementara itu, soal anggapan lambatnya evakuasi, Daryatmo membantahnya. "Tidak, kita sudah melakukan dengan baik dan sesuai dengan prosedur. Karena posisi pesawat yang bagian depan dan belakang masih nyangkut di pohon, kalau tidak hati- hati, pesawat akan masuk jurang lagi," bebernya.


Daryatmo juga membantah kabar bahwa ada korban yang sempat melakukan komunikasi dengan telepon seluler dan berasumsi bahwa korban masih hidup. "Saya mengerti hal itu. Namun, dari hasil observasi pesawat, kecil kemungkinan selamat. Tidak benar korban yang sempat menelepon melambai-lambaikan tangan," tandasnya. (ris/min/jpnn/c9/nw)
Share:

JANGAN PACOROK KOKOD

PENAANGGULANGAN BENNCANA TIDAK MENGENAL DISKRIMINASI DAN OTORITAS WILAYAH.



SOREANG,(GM)-
Tindakan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kab. Bandung memasang penunjuk arah di jalur evakuasi serta menyediakan lahan untuk pengungsi dari Kab. Garut jika sewaktu-waktu Gunung Papandayan meletus, jangan dipandang pacoro kokod (mengambil alas orang lain, red). Hal itu dilakukan sebagai bentuk kepedulian untuk membantu korban yang terkena musibah bencana alam.

Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kab. Bandung, Cecep Hendrawan kepada "GM", Kamis (29/9) menuturkan, selama ini ada selentingan tindakan yang dilakukan BPBD Kab. Bandung membantu pengungsi jika Papandayan meletus ini merupakan aksi pacoro kokod. Karena selain lokasi Papandayan berada di wilayah Garut, warga yang disiapkan tempat pengungsiannya juga warga Garut, yang berbatasan dengan wilayah Kab. Bandung.

"Memang ada selentingan yang mengatakan tindakan kita seolah-olah mengambil porsi orang lain. Tapi bukan itu maksud kita," tandasnya.

Dalam membantu korban bencana alam, pihaknya sama sekali tidak memiliki pikiran macam-macam. Baginya, kerja di wilayah mana sama saja yang penting niatnya murni membantu. Sesuai UU No. 24/2007 tentang Penanggulangan Bencana, penanganan bencana tidak berdasarkan otoritas wilayah, ras, suku maupun agama.

Menurut Cecep, disediakannya tempat pengungsian untuk warga Garut, karena bercermin pada kejadian sebelumnya. Ketika Papandayan meletus tahun 2002, warga di dua kampung, yaitu Kp. Stamplat, Desa Panawa, Kec. Pamulihan, Kab. Garut dan Kp. Cileuleuy, Desa Girimukti, Kec. Pamulihan, Kab. Bandung, lebih memilih mengungsi ke Kp. Cibutarua, Desa Neglasari, Kab. Bandung. "Ini mereka lakukan karena Cibutarua merupakan lokasi terdekat dari kampung mereka dibandingkan harus mengungsi ke daerah lain di Garut," ujarnya.

Selain menyediakan tempat pengungsian, sebagai bentuk kemanusiaan, pihaknya tidak akan membeda-bedakan bantuan antara warga Garut dengan Kab. Bandung.

Diberitakan sebelumnya, meski status Gunung Papandayan siaga 3 dan tidak membahayakan bagi warga Kab. Bandung, Pemkab Bandung dan sejumlah relawan bencana menyiapkan jalur evakuasi untuk warga Garut yang eksodus ke wilayah Kab. Bandung. Bahkan Pemkab Bandung bersama PTPN VIII Perkebunan Sedep, sudah menyiapkan logistik dan tempat pengungsian di lapangan bola Kp. Cibutarua, Desa Neglasari, Kec. Kertasari, Kab. Bandung, yang merupakan lokasi terdekat dengan Kp. Stamplat dan Cileuleuy.

Jumlah warga Kab. Garut yang eksodus ke wilayah Kab. Bandung, untuk Kp. Cileuleuy diperkirakan sekitar 225 KK. Sedangkan dari Kp. Stamplat sekitar 460 KK. Untuk mencapai pengungsian di Cibutarua, warga Cileuleuy menempuh perjalanan sekitar 5 km, sedangkan dari Stamplat mencapai 8 km. (B.97)**

Share:

Kelompok Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial PMKS

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) adalah seseorang, keluarga atau kelompok masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan, atau gangguan tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya sehingga tidak terpenuhi kebutuhan hidupnya baik jasmani, rohani, maupun sosial secara memadai dan wajar. Hambatan, kesulitan, atau gangguan tersebut dapat berupa kemiskinan, ketelantaran, kecacatan, ketunaan sosial, keterbelakangan, keterasingan/ketertinggalan, dan bencana alam maupun bencana sosial.

Saat ini Departemen Sosial menangani 22 jenis PMKS, yaitu sebagai berikut :

1. Anak Balita Telantar, adalah anak yang berusia 0-4 tahun karena sebab tertentu, orang tuanya tidak dapat melakukan kewajibannya (karena beberapa kemungkinan : miskin/tidak mampu, salah seorang sakit, salah seorang/kedua-duanya, meninggal, anak balita sakit) sehingga terganggu kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangannya baik secara jasmani, rohani dan sosial.

2. Anak Telantar, adalah anak berusia 5-18 tahun yang karena sebab tertentu, orang tuanya tidak dapat melakukan kewajibannya (karena beberapa kemungkinan seperti miskin atau tidak mampu, salah seorang dari orangtuanya atau kedua-duanya sakit, salah seorang atau kedua-duanya meninggal, keluarga tidak harmonis, tidak ada pengasuh/pengampu) sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan dasarnya dengan wajar baik secara jasmani, rohani dan sosial.

3. Anak Nakal, adalah anak yang berusia 5-18 tahun yang berperilaku menyimpang dari norma dan kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat, lingkungannya sehingga merugikan dirinya, keluarganya dan orang lain, serta mengganggu ketertiban umum, akan tetapi karena usia belum dapat dituntut secara hukum.

4. Anak Jalanan, adalah anak yang berusia 5-18 tahun yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mencari nafkah dan berkeliaran di jalanan maupun tempat-tempat umum.
5. Wanita Rawan Sosial Ekonomi, adalah seorang wanita dewasa berusia 18-59 tahun belum menikah atau janda dan tidak mempunyai penghasilan cukup untuk dapat memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.

6. Korban Tindak Kekerasan, adalah seseorang yang mengalami tindak kekerasan, diperlakukan salah atau tidak semestinya dalam lingkungan keluarga atau lingkungan terdekatnya, dan terancam baik secara fisik maupun non fisik.

7. Lanjut Usia Telantar, adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, karena faktor-faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara jasmani, rohani maupun sosial.

8. Penyandang Cacat, adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik atau mental yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan bagi dirinya untuk melakukan fungsi-fungsi jasmani, rohani maupun sosialnya secara layak, yang terdiri dari penyandang cacat fisik, penyandang cacat mental dan penyandang cacat fisik dan penyandang cacat mental.

9. Tuna Susila, adalah seseorang yang melakukan hubungan seksual dangan sesama atau lawan jenis secara berulang-ulang dan bergantian diluar perkawinan yang sah dengan tujuan mendapatkan imbalan uang, materi atau jasa.

10. Pengemis, adalah orang-orang yang mendapat penghasilan meminta-minta di tempat umum dengan berbagai cara dengan alasan untuk mengharapkan belas kasihan orang lain.

11. Gelandangan, adalah orang-orang yang hidup dalam keadaan yang tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat, serta tidak mempunyai pencaharian dan tempat tinggal yang tetap serta mengembara di tempat umum.

12. Bekas Warga Binaan Lembaga Kemasyarakatan (BWBLK) adalah seseorang yang telah selesai atau dalam 3 bulan segera mengakhiri masa hukuman atau masa pidananya sesuai dengan keputusan pengadilan dan mengalami hambatan untuk menyesuaikan diri kembali dalam kehidupan masyarakat, sehingga mendapat kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan atau melaksanakan kehidupannya secara normal.

13. Korban Penyalahgunaan NAPZA, adalah seseorang yang menggunakan narkotika, psikotropika dan zat-zat adiktif lainnya termasuk minuman keras diluar tujuan pengobatan atau tanpa sepengetahuan dokter yang berwenang.

14. Keluarga Fakir Miskin, adalah seseorang atau kepala keluarga yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata pencaharian dan atau tidak mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok atau orang yang mempunyai sumber mata pencaharian akan tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok keluarga yang layak bagi kemanusiaan.

15. Keluarga Berumah Tidak Layak Huni, adalah keluarga yang kondisi perumahan dan lingkungannya tidak memenuhi persyaratanyang layak untuk tempat tinggal baik secara fisik, kesehatan maupun sosial.

16. Keluarga Bermasalah Sosial Psikologis, adalah keluarga yang hubungan antar anggota keluarganya terutama antara suami -istri kurang serasi, sehingga tugas-tugas dan fungsi keluarga tidak dapat berjalan dengan wajar .

17. Komunitas Adat Terpencil, adalah kelompok orang atau masyarakat yang hidup dalam kesatuan รข€“ kesatuan sosial kecil yang bersifat lokal dan terpencil, dan masih sangat terikat pada sumber daya alam dan habitatnya secara sosial budaya terasing dan terbelakang dibanding dengan masyarakat Indonesia pada umumnya,sehingga memerlukan pemberdayaan dalam menghadapi perubahan lingkungan dalam arti luas.

18. Korban Bencana Alam, adalah perorangan, keluarga atau kelompok masyarakat yang menderita baik secara fisik, mental maupun sosial ekonomi sebagai akibat dari terjadinya bencana alam yang menyebabkan mereka mengalami hambatan dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Termasuk dalam korban bencana alam adalah korban bencana gempa bumi tektonik, letusan gunung berapi, tanah longsor, banjir, gelombang pasang atau tsunami, angin kencang, kekeringan, dan kebakaran hutan atau lahan, kebakaran permukiman, kecelakaan pesawat terbang, kereta api, perahu dan musibah industri (kecelakaan kerja).

19. Korban Bencana Sosial atau Pengungsi, adalah perorangan, keluarga atau kelompok masyarakat yang menderita baik secara fisik, mental maupun sosial ekonomi sebagai akibat dari terjadinya bencana sosial kerusuhan yang menyebabkan mereka mengalami hambatan dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.

20. Pekerja Migran Telantar, adalah seseorang yang bekerja di luar tempat asalnya dan menetap sementara di tempat tersebut dan mengalami permasalahan sosial sehingga menjadi telantar.

21. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA), adalah seseorang yang dengan rekomendasi profesional (dokter) atau petugas laboratorium terbukti tertular virus HIV sehingga mengalami sindrom penurunan daya tahan tubuh (AIDS) dan hidup telantar.

22. Keluarga Rentan, adalah keluarga muda yang baru menikah (sampai dengan lima tahun usia pernikahan) yang mengalami masalah sosial dan ekonomi (berpenghasilan sekitar 10% di atas garis kemiskinan) sehingga kurang mampu memenuhi kebutuhan dasar keluarga.
Share:

Maps

Pengikut