Arus Kendaraan Pemudik di Nagreg Makin Padat

BANDUNG--MICOM: Jumlah pemudik melalui jalur Nagreg, Kabupaten Bandung, pada Sabtu (27/8), atau H-3 Lebaran meningkat sehingga mengakibatkan kepadatan di jalur selatan itu.

Kepadatan volume kendaraan di jalur tersebut diperkirakann mencapai puncaknya pada Sabtu malam. "Jalur Nagreg sangat padat Sabtu ini, meningkat lebih dari 15 persen dibandingkan dengan jumlah kendaraan yang melintas pada Jumat (26/8). Lalu lintas mulai tersendat dari kawasan Limbangan," kata Kepala Bagian Operasi Polres Bandung Komisaris Herman di Bandung.

Ia mengatakan, jumlah kendaraan mudik di jalur selatan meningkat sejak Jumat malam dan pada Sabtu pagi jumlahnya membeludak, sehingga mengakibatkan jalur Nagreg menjadi padat. Kepadatan bertambah lagi dengan dialihankannya arus lalu lintas dari Pintu Tol Cikopo Cikampek ke jalur Purbaleunyi sehingga kendaraan mengambil arah ke jalur tengah (Sumedang) dan selatan.

"Banyak pengendara yang sebelumnya akan mudik via Pantura akhirnya mengambil jalur selatan, sehingga menambah kepadatan di jalur selatan," ujarnya.

Berdasarkan pantauan, antrean kendaraan terlihat mulai dari Nagreg-Limbangan-Lewo-Malangbong- Ciawi-Tasikmalaya. Kendaraan bergerak perlahan. Penyebab tersendatnya lalu lintas antara lain aktivitas Pasar Lewo di kawasan Limbangan, Pasar Malangbong, dan adanya tanjakan Malangbong dan Lewo. (Ant/OL-01) 
Share:

BPBD Jawa Barat Siapkan Lokasi Pengungsi Gunung Papandayan

KBR68H, Jakarta – Badan Penanggulangan Bencana Daerah, BPBD Jawa Barat telah menyiapkan dua lokasi untuk mengevakuasi warga jika terjadi letusan Gunung Papandayan. Kepala BPBD Jawa Barat, Udjuwalaprana Sigit mengatakan, dua lokasi itu berada di Lapangan Cisurupan, Kecamatan Cisurupan dan Alun-alun Bayongbong, Kecamatan Bayongbong. Kata dia lokasi itu dipilih karena berada di jarak lebih dari 10 kilometer dari kawah Gunung Papandayan. Ia juga menambahkan, dua lokasi itu bakal menampung pengungsi dari 4 desa.

Iya, jalur evakuasi sudah kita siapin. Terus skenario sudah kita bikin. Peralatan evakuasi sudah kita bikin dari truk pelatihan dan sosialisasi dari awal. Dan masyarakat Papandayan sudah merasakan tahun 2002 hampir sama. Jadi mereka antisipasi tidak terlalu berat untuk menjelaskan kepada mereka.

Kepala BPBD Jawa Barat, Udjuwalaprana Sigit menambahkan, nantinya pengungsi tidak akan ditempatkan di tenda. Pengungsi diupayakan menempati gedung sekolah dan gedung kantor yang ada di sana. Jalur evakuasi juga sudah dilengkapi dengan rambu penunjuk arah. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi telah menaikkan status Gunung Papandayan dari level II waspada menuju level III siaga pada akhir pekan lalu.
Share:

Antisipasi Letusan, Zona Evakuasi Papandayan Disiapkan

TEMPO InteraktifBandung - Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Barat Udjwalprana Sigit mengatakan zona evakuasi sudah ditentukan jika Gunung Papandayan meletus. “Bagimanapun belum perlu evakuasi, tapi kita perlu menyiapkan tempat evakuasi itu,” katanya di Bandung, Rabu, 17 Agustus 2011. 

Dua lokasi yang menjadi tujuan evakuasi warga itu ditetapkan berada di Lapangan Cisurupan di Kecamatan Cisurupan dan Alun-Alun Bayongbong di Kecamatan Bayongbong. Dua lokasi itu dipilih karena berada di jarak lebih dari 10 kilometer dari kawah Gunung Papandayan. 

Sigit mengatakan nantinya pengungsi tidak akan ditempatkan di tenda. Pengungsi diupayakan menempati gedung sekolah dan gedung kantor yang ada di sana. Mumpung masih ada waktu, katanya, fasilitas di sana akan dibenahi agar saat terjadi pengungsian nanti tidak seperti pasar.

Menurutnya, ada empat desa yang bakal menghadapi bahaya langsung letusan Gunung Papandayan karena jaraknya berada dalam radius 5-6 kilometer dari puncak gunung itu. Empat desa itu adalah Desa Sirnajaya, Sirnagalih, Cipaganti, dan Pangauban yang berada di Kecamatan Bayongbong dan Cisurupan.

Masing-masing desa terdiri antara 6-7 kampung dengan penduduk hampir sama, masing-masing berkisar 6 ribu orang. Lokasi evakuasi yang disiapkan, papar Sigit, diperkirakan mampu menampung hingga 24 ribu pengungsi. 

Sigit mengatakan bahwa jalur evakuasi jika terjadi ancaman letusan Gunung Papandayan sudah ditentukan dan akan dilengkapi dengan rambu penunjuk arah. Jalur evakuasi letusan Gunung Papandayan itu mengandalkan jalan raya. “Jalur evakuasi menentukan sekali. Jangan sampai ada sesuatu yang tidak kita inginkan,” katanya. 

Menurutnya, ancaman bahaya yang akan terjadi jika Gunung Papandayan meletus adalah banjir lahar jika letusan terjadi saat hujan. Selain itu, tentunya ancaman guguran material pijar. “Ada beberapa macam (ancamannya),” kata Sigit. 

Sigit mengatakan pihaknya menyiapkan pelatihan bagi warga dan petugas yang berada di sekitar gunung itu. Dijadwalkan, katanya, pada November nanti akan digelar latihan besar-besaran menghadapi kondisi tanggap darurat jika terjadi letusan Gunung Papandayan. “Simulasinya itu, gladi lapangan Papandayan tanggap darurat, November akan dilaksanakan,” katanya. 

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menaikkan status Gunung Papandayan dari level II (waspada) menuju level III (siaga) pada Sabtu, 13 Agustus 2011, pukul 04.00 WIB. Status sebelumnya, level II (waspada) dikenakan pada gunung itu sejak 16 April 2008.

PVMBG tengah memantau intensif perkembangan aktivitas gunung itu. Hingga kini, statusnya masih dipertahankan di level III atau siaga. PVMBG melarang warga sekitar dan wisatawan mendekati kawasan kawah gunung itu dalam radius 2 kilometer.

Saat ini, Gunung Papandayan bisa tiba-tiba mengeluarkan letusan freatik yang disertai keluarnya gas beracun. Potensi bahaya lainnya adalah longsoran tebing di sekitar kawah Gunung Papandayan yang bisa memicu munculnya lahar. Juga tercatat hampir 3 juta meter kubik material hasil letusan gunung itu tertimbun di hulu Sungai Cibeureum dan Ciparugpug, jika terjadi hujan lebat akan memicu banjir lahar. 

Gunung itu sempat tercatat meletus beberapa kali sejak tahun 1772. Letusan terakhir terjadi pada 2002 lalu. Pada letusannya tahun 1772, terjadi longsor dan awan panas yang menyebabkan korban 2.951 jiwa.

AHMAD FIKRI 
Share:

Warga Tetap Waspada, Gunung Papandayan Masih Sering Gempa


Senin, 15 Agustus 2011 15:08 WIB
REPUBLIKA.CO.ID,GARUT--Warga diminta tetap waspada karena Gunung Aktif Papandayan, Kabupaten Garut, Jawa Barat, masih sering terjadi gempa setiap hari sejak ditetapkannya status Gunung Papandayan dari status Waspada menjadi Siaga, Sabtu (13/8) dini hari. "Sampai sekarang kegempaan di Gunung Papandayan masih terjadi," kata Momon petugas Pos Pengamatan Gunung Papandayan Kecamatan Cisurupan, Garut, Senin.
Ia menjelaskan, kegempaan di Gunung Papandayan terhitung sejak ditetapkannya siaga, Sabtu tercatat sebanyak 27 kali gempa dengan rincian jenis gempa 23 kali tektonik dangkal (VB) 1 kali tektonik lokal (TL) dan 3 kali tektonik jauh (TJ). Hari kedua penetapan siaga Minggu (14/8) jumlah kegempaan Gunung Papandayan tercatat sebanyak 25 kali gempa dengan rinciannya 15 kali gempa VB, 6 kali gempa vulkanik dalam (VA), 1 kali gempa TL, dan 3 kali gempa TJ.
Sementara jumlah kegempaan yang terhitung Senin sejak pukul 00.00 WIB hingga 12.00 WIB terhitung sebanyak 13 kali gempa yakni 1 kali gempa TJ, 5 kali VA dan 7 kali VB. Perbandingan jumlah kegempaan setiap harinya, Sabtu dan Minggu dijelaskan Momon mengalami penurunan, sementara untuk perhitungan kegempaan Senin belum dapat dijumlahkan secara total karena penghitungan dilakukan kembali pada pukul 00.00 WIB.
"Memang sedikit ada penurunan kegempaan dari hari Sabtu dan kemarin (Minggu) untuk hari Senin waktunya masih panjang, apakah kegempaan akan menurun atau meningkat dari hari sebelumnya," kata Momon.
Meskipun ada penurunan tingkat kegempaan, ditegaskan Momon status Gunung Papandayan masih tetap siaga/level 3 sesuai keputusan yang disampaikan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Sabtu (13/8) pukul 04.00 WIB. Masih terjadinya kegempaan tersebut, masyarakat sekitar Kaki Gunung diminta tetap harus waspada khawatir apabila terjadi ancaman bahaya.
Redaktur: Krisman Purwoko
Sumber: antara



Share:

Tiga Gunung Api Meletus

Senin, 15 Agustus 2011
JAKARTA (Suara Karya): Beberapa wilayah di Indonesia dibayangi bencana letusan gunung api. Dalam dua hari terakhir, tiga gunung api meletus atau menunjukkan aktivitas membahayakan. Ketiganya adalah Gunung Soputan dan Gunung Lokon di Sulut, serta Gunung Papandayan di Jabar.

Aktivitas tiga gunung api itu memang belum memaksa warga mengungsi. Namun, jajaran pemerintah daerah dan warga di sekitar tiga gunung itu waspada menghadapi kemungkinan buruk.
Minggu petang kemarin, Gunung Soputan di Kabupaten Minahasa Selatan-Minahasa Tenggara, Sulut, kembali meletus setelah letusan kedua pada pukul 09.27 Wita.
"Letusan pertama terjadi sekitar pukul 07.55, kemudian berhenti. Beberapa jam kemudian terjadi letusan kedua dan terus-menerus hingga sore pukul 17.50 Wita," kata Kepala Pos Pemantau Gunung Soputan Sandy Manengkey di Tomohon, Minggu (14/8).
Dia menyebutkan, material vulkanis yang dimuntahkan hanya berupa debu, tak disertai semburan lava pijar. Debu vulkanis kemudian ditiupkan angin ke arah barat, dan diperkirakan jatuh di Kecamatan Amurang, Kabupaten Minahasa Selatan dan sekitarnya.
"Letusan setinggi kira-kira 1.000 meter mengarah ke barat dari kawah Gunung Soputan," katanya.
Manengkey juga menambahkan, letusan kali ini tak disertai guguran awan panas yang meluncur hingga beberapa kilometer seperti beberapa waktu lalu.
Permukiman warga masih aman karena berlokasi agak jauh dari kawah gunung. "Kita tetap berharap warga waspada, meski radius aman berjarak 6 km. Setiap pergerakan aktivitas vulkanis terus kami pantau sebagai bahan evaluasi untuk kesiagaan," kata Manengkey.
Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung telah menaikkan status Gunung Soputan ini dari waspada level II ke siaga level III.
Sementara itu, Gunung Lokon di Kota Tomohon juga membuat jajaran Pemprov Sulut harus terus waspada. Pemprov Sulut melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulut mengimbau warga di radius bahaya Gunung Lokon waspada, meski radius aman telah diturunkan.
"Aktivitas vulkanis Gunung Lokon belum benar-benar normal," ujar Kepala BPBD Sulut Hoyke Makarawung di Manado, Sabtu (13/8). Dia menjelaskan, perlahan pemerintah telah menurunkan radius bahaya Gunung Lokon dari 3,5 km menjadi 3 km dari kawah Tompaluan.
Kamis lalu (11/8), pemerintah kembali memersempit radius bahaya menjadi 2,5 kilometer.
"Artinya, di radius 2,5 kilometer jangan dulu ada aktivitas apa pun. Masih dikhawatirkan di radius ini bila terjadi letusan dapat membahayakan keselamatan warga," kata Makarawung.
Dia menegaskan, status Gunung Lokon masih siaga level III, belum diturunkan ke waspada level II. Di lain pihak, status Gunung Papandayan di Kabupaten Garut, Jabar, dinaikkan dari waspada (level II) menjadi Siaga (level III).
"Aktivitas kegempaan dan deformasi di Gunung Papandayan meningkat dalam beberapa hari terakhir ini dan statusnya dinaikkan menjadi siaga pada Sabtu pukul 04.00 WIB," kata Kepala Bidang Pengamatan Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Hendrasto di Bandung, kemarin. Menurut Hendrasto, potensi bencana pada level III untuk Gunung Papandayan adalah erupsi freatik tiba-tiba serta adanya potensi longsoran tebing di sekitar Gunung Papandayan yang bisa memicu terjadinya banjir bandang lahar.
Dengan peningkatan status Gunung Papandayan, maka PVMBG merekomendasikan masyarakat untuk tidak mendekati lokasi kawah pada radius 2 kilometer. "Masyarakat dilarang masuk area 2 kilometer dari kawah, dan maysarakat diharap tenang, menghindari isu-isu yang tidak jelas," kata Hendrasto. (Antara/Dwi Putro AA)
Share:

Pembangunan Danau Prioritas di Tegalluar


SOREANG,(GM)-
Rencana pengembangan kawasan Tegalluar, Bojongsoang, Kab. Bandung sebaiknya memprioritaskan pembangunan Danau Tegalluar. Keberadaan danau ini sangat besar manfaatnya, baik saat kemarau maupun musim hujan.

Demikian ide yang disampaikan Cecep Suhendar, salah seorang anggota Komisi A DPRD Kab. Bandung kepada "GM", Jumat (12/8). Menurut Cecep, penataan kawasan Tegalluar harus memprioritaskan pembangunan Danau Tegalluar karena manfaat danau ini tak hanya dirasakan oleh masyarakat di sekitarnya.

Danau yang rencananya memiliki luas 400 hektare ini, ketika musim hujan bisa menampung air untuk sementara. Dampak positifnya, banjir yang biasa merendam kawasan Baleendah dan Rancaekek, tidak akan separang seperti sekarang. "Kalau ada waduk, air hujan akan tertampung sementara di sana sehingga banjir yang merendan Cieunteung bisa dikurangi," katanya.

Selain meminimalisasi dampak banjir, tambahnya, Danau Tegalluar bisa menyimpan cadangan air di musim kemarau. Apabila terjadi kekeringan, air tersebut bisa disedot untuk mengairi persawahan di sekitarnya.

Lebih lanjut Cecep menuturkan, pembangunan kawasan Tegalluar seharusnya sudah dilakukan sejak tahun 2007. Tapi karena rancangan detail tata ruangnya belum siap, pembangunannya baru dilaksanakan tahun 2010. "Pembangunan kawasan ini sudah dilakukan sejak tahun 2010. Makanya di daerah Tegalluar sekarang mulai dibangun kawasan pabrik dan lainnya," ujarnya.

Menurut Cecep, dalam rancangan tata ruang, kawasan Teggalluar terbagi menjadi beberapa peruntukan, seperti perumahan dan pabrik. Pembagian ini untuk menghindari kesemerawutan dalam penataannya.

Ketika disinggung kemungkinan pabrik di Majalaya dipindahkan ke Tegalluar, Cecep mengatakan, hal tersebut tidak perlu dilakukan.

Selain untuk memindahkan pabrik dari Majalaya ke Tegalluar memerlukan perencanaan dan biaya besar, selama ini Majalaya sudah terkenal sebagai kawasan industri. "Untuk memindahkan suatu pabrik itu tidak mudah. Lebih baik sekarang jika ada pabrik baru, maka diarahkan di Tegalluar," ujarnya.

Sebelumnya, Ketua Komisi A DPRD Kab. Bandung, H. Daud Burhanudin mengatakan, untuk mempercepat rencana pembangunan kawasan Tegalluar diperlukan investor. Investor diharuskan menyumbangkan 10 persen dari luas tanah yang dikuasainya untuk keperluan pembangunan danau Kota Baru Tegalluar.

"Danau tersebut diharapkan dapat menampung air dari aliran sungai yang ada di wilayah Rancaekek. Seperti Sungai Cimande, Cikijing, dan Sungai Cikeruh. Untuk itu, secara otomatis bisa mengendalikan bencana banjir yang sering terjadi di Kec. Rancaekek dan Kec. Baleendah," katanya. (B.97)**

Share:

Gunung Papandayan


Gunung Papandayan adalah gunung api yang terletak di Kabupaten GarutJawa Barattepatnya di Kecamatan Cisurupan. Gunung dengan ketinggian 2665 meter di atas permukaan laut itu terletak sekitar 70 km sebelah tenggara Kota Bandung.
Pada Gunung Papandayan, terdapat beberapa kawah yang terkenal. Di antaranya Kawah Mas, Kawah Baru, Kawah Nangklak, dan Kawah Manuk. Kawah-kawah tersebut mengeluarkan uap dari sisi dalamnya.
Gunung ini sangat terkenal di kalangan para pendaki, khususnya pendaki pemula. Selain terkenal dengan keindahan struktur alamnya, gunung ini juga memiliki kawahbelerang yang masih aktif dan masih rimbunnya padang Eidelweis yang luasnya mencapai puluhan are serta banyak pula pohon Mutiara Putih. Gunung Papandayan merupakan cagar alam yang didalamnya banyak terdapat keanekaragaman hayati danobyek-obyek wisata alam yang indah.
Papandayan tercatat beberapa kali erupsi. Di antaranya pada 1773, 1923, 1942, 1993, dan 2003. Letusan besar yang terjadi pada tahun 1772 menghancurkan sedikitnya 40 desa dan menewaskan sekitar 2951 orang. Daerah yang tertutup longsoran mencapai 10 km dengan lebar 5 km.
Pada 11 Maret 1923 terjadi sedikitnya 7 kali erupsi di Kawah Baru dan didahului dengan gempa yang berpusat di Cisurupan. Pada 25 Januari1924, suhu Kawah Mas meningkat dari 364 derajat Celsius menjadi 500 derajat Celcius. Sebuah letusan lumpur dan batu terjadi di Kawah Mas dan Kawah Baru dan menghancurkan hutan. Sementara letusan material hampir mencapai Cisurupan. Pada 21 Februari 1925, letusan lumpur terjadi di Kawah Nangklak. Pada tahun 1926 sebuah letusan kecil terjadi di Kawah Mas.
Sejak April 2006 Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menetapkan status Papandayan ditingkatkan menjadi waspada, setelah terjadi peningkatan aktivitas seismik. Pada 7-16 April 2008 Terjadi peningkatan suhu di 2 kawah, yakni Kawah Mas (245-262 derajat Celsius), dan Balagadama (91-116 derajat Celsius). Sementara tingkat pH berkurang dan konsentrasi mineral meningkat. Pada 28 Oktober 2010, status Papandayan kembali meningkat menjadi level 2.




Share:

Tim Reaksi Cepat Kaji Gunung Papandayan


JAKARTA, KOMPAS.com — Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengirimkan Tim Reaksi Cepat untuk mengkaji upaya penanganan yang perlu dilakukan, menyusul ditingkatkannya status Gunung Papandayan di Garut menjadi Siaga III, Sabtu (13/8/2011).



"BNPB terus berkoordinasi dengan BPBD Garut, BPBD Provinsi Jawa Barat, PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) , dan kementerian/lembaga lain untuk mempersiapkan langkah-langkah penanggulangan bencana," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho di Jakarta, Sabtu.
Berdasarkan data visual, seperti menyebarnya tembusan gas di Kawah Walirang, Kawah Manuk, dan Kawah Balagadama, data instrumental, seperti meningkatnya gempa bumi vulkanik, serta tektonik lokal dan deformasi, maka status Gunung Papandayan, Garut dinaikkan menjadi Siaga Level III.  Kenaikan status ini terhitung sejak 13 Agustus 2011 pukul 04.00 WIB.
Menurut Sutopo, Gunung Papandayan adalah gunung api yang terletak di Kabupaten Garut, Jawa Barat, dengan ketinggian 2.665 meter di atas permukaan laut. Papandayan tercatat beberapa kali erupsi. Di antaranya pada tahun 1773, 1923, 1942, 1993, dan 2003.
Letusan besar yang terjadi pada tahun 1772 menghancurkan sedikitnya 40 desa dan menewaskan sekitar 2.951 orang. Daerah yang tertutup longsoran mencapai 10 km dengan lebar 5 km.
Pada 11 Maret 1923 terjadi sedikitnya tujuh kali erupsi di Kawah Baru dan didahului dengan gempa yang berpusat di Cisurupan. Pada April 2006 PVMBG menetapkan status Papandayan ditingkatkan menjadi waspada setelah terjadi peningkatan aktivitas seismik.
Pada 7-16 April 2008 terjadi peningkatan suhu di dua kawah, yakni Kawah Mas (245-262 derajat celsius) dan Balagadama (91-116 derajat celsius). Sementara tingkat pH (keasaman) berkurang dan konsentrasi mineral meningkat.
Pada 28 Oktober 2010, status Papandayan kembali meningkat menjadi level 2. Pada awal Agustus 2011 Papandayan menunjukkan aktivitasnya.
Share:

Kawah Sebarkan Gas, Status Papandayan Ditingkatkan Dari Waspada Menjadi Siaga


Sabtu, 13 Agustus 2011 , 14:04:00

Kawah Sebarkan Gas, Status Papandayan Ditingkatkan
Dari Waspada Menjadi Siaga

JAKARTA - Status Gunung Papandayang telah dinaikkan dari waspada ke siaga. Dinaikknnya status Gunung di Kabupatan Garut, Jawa Barat itu karena berdasarkan data visual, gas dari di kawah Walirang, Kawah Manuk dan kawah Balagadama telah menyebar.

Selain itu, gempabumi vulkanik serta tektonik lokal dan deformasi juga mengalami peningkatan. "Maka terhitung sejak 13 Agustus 2011, pukul 04.00 WIB,  status Gunung Papandayan dinaikkan dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III)," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan NAsional Penanggulangan Bencana, Sutopo Purwo Nugroho kepada JPNN, Sabtu (13/8).

Dipaparkannya, gunung api dengan ketinggian 2665 meter dari permukaan laut itu tercatat beberapa kali erupsi. Di antaranya pada 1773, 1923, 1942, 1993, dan 2003. "Letusan besar yang terjadi pada tahun 1772 menghancurkan sedikitnya 40 desa dan menewaskan sekitar 2951 orang. Daerah yang tertutup longsoran mencapai 10 km dengan lebar lima kilometer," paparnya. 

Pada 11 Maret 1923, terjadi sedikitnya 7 kali erupsi di Kawah Baru yang didahului dengan gempa yang berpusat di Cisurupan. Pada April 2006 Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menetapkan status Papandayan ditingkatkan menjadi waspada, setelah terjadi peningkatan aktivitas seismik. 

Pada 7-16 April 2008 Terjadi peningkatan suhu di 2 kawah, yakni Kawah Mas (245-262 derajat Celsius), dan Balagadama (91-116 derajat Celsius). Sementara tingkat pH berkurang dan konsentrasi mineral meningkat. Pada 28 Oktober 2010, status Papandayan kembali meningkat menjadi level 2. Namun pada awal Agustus ini, aktivitas Papandayan menunjukkan peningkatan. 

Terkait dengan hal itu, BNPB telah mengirimkan Tim Reaksi Cepat guna mengkaji upaya penanganan yang perlu dilakukan. "BNPB terus berkoordinasi dengan BPBD Garut, BPBD provinsi Jawa Barat, PVMBG dan kementerian/lembaga lain untuk mempersiapkan langkah-langkah penanggulangan bencana," pungkasnya.(ara/jpnn)
Share:

Maps

Pengikut