Terhambat Mutasi Pejabat : Usulan Dana Gempa Tak Jelas

SOREANG,(GM)-
Mutasi pejabat di lingkungan Pemkab Bandung baru-baru ini, membuat usulan dana gempa dari dana bantuan sosial (bansos) tidak jelas nasibnya. Pemkab Bandung dan DPRD diminta tetap memperjuangkan dana tersebut.

"Mutasi di Pemkab Bandung, khususnya di lembaga inspektorat yang pernah menyetujui usulan anggaran dana bansos bagi korban gempa Pangalengan tahun 2009, membuat nasib alokasi dana tersebut tidak jelas," ungkap Ketua Komite Peduli Jawa Barat (KPJB) Kab. Bandung, Lili Muslihat, Selasa (20/9) di Soreang.

Dikatakan Lili, dalam sebuah pertemuan sebelumnya, Kepala Inspektorat Kab. Bandung yang saat itu masih dijabat Diar Irwana, menyepakati usulan KPJB agar APBD Pemkab Bandung, mengalokasikan dana bansos bagi korban gempa yang hingga saat ini belum mendapat bantuan. Baik dari APBD maupun APBN yang dicairkan awal 2010. Namun Diar dimutasi ke SKPD lain sehingga pihaknya tidak mengetahui apakah pejabat baru memiliki komitmen yang sama atau tidak.

"Selama ini pengaduan dari para korban yang tidak mendapat bantuan itu 'kan selalu diarahkan kepada Inspektorat. Jadi selain meminta pengusutan dugaan penyimpangan dana gempa, kita juga memberikan usulan-usulan yang di antaranya terkait dana bansos," paparnya.

Menurut Lili, korban gempa yang belum mendapat bantuan ini jumlahnya cukup banyak dan tersebar di hampir di semua kecamatan di Kab. Bandung.

Dikatakan, penganggaran dana bansos sangat memungkinkan dan wajar sebagai tanggung jawab Pemkab Bandung dalam penanggulangan bencana alam.

Warga yang jumlahnya diperkirakan 100 kepala keluarga (KK) tersebut, kata Lili, memiliki hak yang sama dengan korban gempa lainnya yang sudah mendapat bantuan. Namun sebelumnya pendataan perlu dilakukan. Menurutnya, kemungkinan dana yang diperlukan sekitar 10 persen dari total dana gempa Rp 300 miliar lebih. Pendataan juga bisa menjadi dasar usulan penganggaran dana bansos. (B.35)** 


Sumber : Klik-Galamedia.com, Rabu, 21 September 2011
Share:

Kampung Cibisoro, Tempat Peristirahatan Terakhir Calung Darso


REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG – Almarhum Maestro Calung Sunda, Hendarso (66 tahun) yang akrab dipanggil Darso, dimakamkan pada Selasa (13/9) sekitar pukul 09.50 WIB di Kampung Cibisoro, Desa Gandasoli, Kecamatan Katapang, Kabupaten Bandung. Pemakaman seniman Pop Sunda ini dihadiri ratusan pelayat baik dari keluarga, sahabat, dan para seniman Sunda. 

Sebelum dimakamkan, jenazah almarhum disemayamkan di Masjid Sayid Madani Oamar Ahmad Oghbi yang berjarak sekitar 100 meter dari rumah duka. Ratusan pelayat bergantian menyalatkan almarhum yang selalu tampil eksentrik ketika manggung. 

Usai dishalatkan, jenazah almarhum dibawa ke pemakaman keluarga yang jaraknya hanya ratusan meter dari rumah duka. Tepat pukul 09.50 WIB, jenazah almarhum pun dimakamkan. Isak tangis keluarga pun pecah ketika jasad sang seniman nyentrik ini dimasukan ke liang lahat. 

Kedua istri almarhum, Epong Anisa dan Lina serta keenam anaknya larut dalam tangis kesedihan. Empat anak dari almarhum istri pertamanya, yaitu Asep Darso, Yanti, Mimin, dan Ujang Darso. Sementara dari istri keduanya, yaitu Ira dan Reyhan. 

Terik matahari tak menyurutkan ratusan pelayat mengikuti prosesi pemakaman almarhum. Mereka rela berdesakan dalam sengatan sinar matahari. Sebagian pelayat yang tak bisa menyaksikan pemakaman dari jarak dekat karena berjubel terpaksa melihat dari jarak jauh. 

"Saya mewakili seniman sangat kehilangan Kang Darso. Ia legenda dan master musik Pop Sunda," kata Esa Poetra yang mewakili seniman saat memberikan sambutan usai pemakaman. 

Menurut penilaian Esa, meksi berkarier di jalur Pop Sunda, Darso sudah sepantasnya disejajarkan dengan tokoh musik Indonesia. Segudang karya musik milik Darso begitu akrab di telinga semua kalangan. Bahkan penggemarnya tersebar di luar negeri. "Kang Darso ini legenda musik Indonesia. Dia begitu fenomenal," tutur dia. 

Kepala Desa Gandasoli, Syarif, yang mewakili warga setempat menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya Darso. Bagi warga sekitar, kata dia, sosok almarhum sangat ramah dan mudah bergaul dengan semua unsur lapisan masyarakat. "Almarhum adalah figur yang merakyat dan familiar. Ia santun terhadap semua orang dan kami merasa kehilangan," kata dia. 

Legenda Pop Sunda, Hendarso yang akbrab dipanggil Darso (66 tahun), meninggal dunia pada Senin (12/9) kemarin sekitar pukul 15.00 WIB di RSUD Soreang, Kabupaten Bandung. Pada Senin siang, Doel Sumbang, sahabat almarhum, Darso sempat berkumpul dengan keluarganya di rumah. 

Bahkan, imbuh dia, almarhum sempat makan siang dan tiduran. "Tiba-tiba almarhum mengeluh sakit di bagian dada,"kata dia. Pihak keluarga, lanjut Doel, membawa almarhum ke RSUD Soreang sekitar pukul 14.30 WIB. Namun sesampainya di rumah sakit nyawa almarhum sudah tidak ada. 

Menurut Humas RSUD Soreang, Mahendrawan, sebelumnya kondisi almarhum sehat-sehat saja. "Menurut pihak keluarga, almarhum baru makan siang dan langsung tiduran sebelum dilarikan ke rumah sakit," ujar dia. 

Meninggalnya seniman Sunda eksentrik ini banyak meninggalkan duka di kalangan penggemarnya. Nugraha (34), warga Jl Purwakarta, Antapani, mengaku terkejut mendengar kabar tersebut. Ia mengaku tak percaya atas kabar meninggalnya Darso. "Saya sempat menelpon beberapa teman sesame penggemar Kang Darso. Dan mereka membenarkannya," tutur dia. 
Redaktur: Djibril Muhammad
Reporter: Djoko Suceno
Share:

Korban Gempa Pangalengan Tagih Janji Wagub


PANGALENGAN,(GM)-
Korban gempa Pangalengan yang masih bertahan di Kebun Teh Walatra menagih janji Wagub Jabar, Dede Yusuf yang akan mencarikan lokasi permukiman baru. Mereka mendesak segera disediakan lokasi baru agar tidak lagi mendapatkan intimidasi maupun ancaman dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

"Kami menagih janji Bapak Dede Yusuf selaku Wakil Gubernur Jabar yang diucapkan selepas salat Idulfitri 2009. Waktu itu Pak Dede Yusuf berjanji akan merelokasi dan menyediakan permukiman sesegera mungkin," kata Koordinator Solidaritas Masyarakat Korban Gempa Pangalengan (SMKGP), Wahyudin dalam pernyataannya, Minggu (11/9).

Menurutnya, saat itu Wagub salat Idulfitri bersama para korban gempa di Kebun Teh Walatra. Wagub bahkan sempat makan ketupat bersama dan saat diwawancarai sejumlah wartawan media cetak dan elektronik, ia menjanjikan akan membantu para koran gempa dengan segera merelokasi mereka ke lahan milik Pemprov Jabar di Pangalengan.

"Waktu itu Wagub berjanji akan merelokasi kami ke lahan milik Pemprov Jabar di Pangalengan, tetapi hingga sekarang belum juga dikabulkan," katanya.

Menurut Wahyudin, saat itu Wagub berjanji 16 hari pascabencana 2 September 2009 akan dilakukan relokasi bagi para korban gempa.

"Wagub juga menyatakan Kampung Margakawit yang dihuni korban gempa merupakan wilayah yang tidak layak huni karena kemiringannya 45-60 persen serta rawan longsor," katanya.

Kini nasib korban gempa yang terdiri atas 75 kepala keluarga (KK) ini terkatung-katung. "Sampai detik ini para korban gempa belum mendapatkan kejelasan mengenai tempat tinggal yang dijanjikan pemerintah. Kebijakan penanggulangan yang dilakukan Pemkab Bandung maupun Pemprov Jabar sangat lambat. Sebelumnya memang ada upaya yang dilakukan DPRD Kab. Bandung dengan membuat surat kesepakatan bersama, salah satu butirnya, PTPN VIII tidak keberatan untuk sementara lahannya digunakan sebagai lokasi pengungsian sebelum ada kejelasan relokasi," paparnya.

Selain itu, para korban gempa dan SMKGP juga meminta Komnas HAM menginvestigasi dugaan terjadinya penelantaran hak-hak asasi para pengungsi Walatra. (B.84/A.71)**
Share:

8 Rumah Ludes Dilalap Si Jago Merah


PACET,(GM)-
Sebanyak 8 unit rumah panggung ludes dilalap si jago merah dalam musibah kebakaran yang terjadi di Kp. Ciburial RT 03/RW 07, Desa Sukarame, Kec. Pacet, Kab. Bandung, Minggu (11/9) dini hari. Kebakaran diduga akibat hubungan arus pendek listrik di salah satu rumah. Kini para korban terpaksa tinggal di rumah tetangga atau sanak saudaranya. Tidak ada korban jiwa dalam musibah itu, namun jumlah kerugian dinilai cukup besar. 

Diperoleh keterangan, saat itu warga yang mengetahui kobaran api merasa panik begitu melihat kobaran api di salah satu rumah warga. Mereka berusaha memadamkan api dengan peralatan alakadarnya.

Di tengah kesibukan warga yang berusaha menjinakkan api, terdengar jerit histeris minta tolong. Sementara api dengan cepat menjalar ke rumah-rumah lainnya, karena umumnya rumah tersebut terbuat dari material yang mudah terbakar.

"Memang benar telah terjadi kebakaran yang mengakibatkan 8 unit rumah ludes. Dalam musibah kebakaran ini tidak ada korban jiwa, sementara jumlah kerugian materi masih dalam pendataan," ungkap anggota Damkar Kab. Bandung wilayah II Ciparay, Asep, Minggu (11/9).

Rumah yang mengalami kebakaran milik Ujang Herman, Wadri, Iwan, Asep, Apep Bahtiar, Amir, Isop, dan Siti. Kebakaran diduga disebabkan hubungan arus pendek listrik yang terjadi sekitar pukul 01.30 WIB di salah satu rumah yang ikut ludes terbakar.

Karena bangunan rumah yang terbakar rata-rata berupa rumah panggung yang terbuat dari kayu dan bambu, api dengan cepat melumat seluruh bangunan rumah tersebut.

"Peristiwa ini terjadi sekitar pukul 01.30 WIB dan api baru bisa dipadamkan 3 jam kemudian. Dalam kebakaran ini api dengan cepat meratakan 8 rumah, sehingga nyaris tak ada barang yang berhasil diselamatkan," jelasnya.

Asep juga menuturkan, mobil pemadam kebakaran kesulitan menjangkau lokasi kebakaran mengingat rumah-rumah tersebut berada di tebing. Dua unit mobil Damkar diturunkan untuk menjinakkan api.

"Lokasi yang sangat sulit dijangkau membuat kami kesulitan menuju lokasi, sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menjinakkan si jago merah," jelasnya.

Asep menambahkan, dalam peristiwa ini tidak ada korban jiwa. "Dalam musibah kebakaran ini tidak ada korban jiwa. Sementara untuk mengetahui pasti penyebab terjadinya musibah tersebut, pihak kepolisian tengah melakukan penyelidikan," ujarnya.

Berikan bantuan

Sementara itu, menurut Kabid Logistik dan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kab. Bandung, Cecep Hendrawan, delapan unit rumah yang hangus terbakar tersebut dihuni delapan kepala keluarga (KK) yang terdiri atas 36 jiwa. "Untuk sementara para korban ditampung di rumah-rumah saudara maupun tetangganya," terangnya.

Sedangkan bantuan, menurut Cecep pengirimannya sedang dipersiapkan. "Kami akan secepatnya memberikan bantuan kepada para korban terutama makanan dan obat-obatan," tegasnya.

Cecep juga menambahkan, korban sangat membutuhkan bantuan baju sekolah anak-anak.

"Di luar kebutuhan sehari-hari, para korban sangat membutuhkan baju-baju seragam sekolah karena anak-anak mereka umumnya masih bersekolah di SMP dan SMA," katanya. (B.84)**
Share:

Letusan Papandayan Ancam 4 Kecamatan


SOREANG,(GM)-
Terkait penerapan status siaga terhadap Gunung Papandayan, DPRD Kab. Bandung meminta Pemkab Bandung mengambil langkah-langkah antisipasi. Sedikitnya ada empat kecamatan di Kab. Bandung yang berbatasan dengan gunung yang berada di Kab. Garut tersebut.

Demikian diungkapkan Wakil Ketua DPRD Kab. Bandung, Triska Hendriawan kepada "GM", Senin (5/8) di Soreang. Pernyataan itu terkait status Gunung Papandayan yang sampai saat ini masih siaga.

"Gunung Papandayan masih dalam pemantauan intensif, mengingat statusnya masih siaga. Kami lihat Pemkab Garut sudah bagus dalam melakukan langkah-langkah antisipasinya, seperti berkoordinasi dengan instansi terkait. Sementara Pemkab Bandung, saya lihat belum ada persiapan apa-apa, padahal berbatasan langsung," ungkapnya.

Dikatakan, sedikitnya ada empat kecamatan di wilayah Kab. Bandung yang berbatasan langsung dengan Gunung Papandayan. Artinya, keempat kecamatan tersebut merupakan daerah yang paling memungkinkan terkena dampak langsung jika terjadi letusan Gunung Papandayan.

"Kecamatan yang berbatasan langsung dengan Gunung Papandayan tersebut, yaitu Kecamatan Kertasasi, Pangalengan, Ibun, dan Kecamatan Majalaya," jelas Triska.

Belum ada koordinasi

Menurutnya hingga saat ini DPRD belum mendapat laporan dari Pemkab Bandung atau Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) terkait status Papadandayan. Padahal kapan letusan terjadi, menurutnya tidak ada satu pun lembaga yang bisa memprediksi.

"Karena itu harus ada langkah-langkah antisipasi sehingga ketika betul-betul terjadi, Pemkab Bandung atau BPBD serta masyarakat khususnya di empat kecamatan tadi, secara fisik sudah siap dengan segala kemungkinan," paparnya sambil menambahkan, hingga saat ini pihaknya belum melihat persiapan atau langkah antisipasi kemungkinan bahaya letusan tersebut.

Yang terpenting, tambah Triska, Pemkab atau BPBD Kab. Bandung berkoordinasi dengan BPBD Pemprov Jabar dan BPBD Kab. Garut. Akan lebih baik lagi jika berkoordinasi juga dengan BMG Bandung, terutama untuk kemungkinan dampak yang dialami empat kecamatan tersebut. Penting juga diketahui arah letusan serta langkah yang harus dilakukan warga.

"Prediksi-prediksi seperti itu penting diketahui agar bisa menentukan antisipasi secara benar, termasuk untuk melakukan imbauan tentang apa yang harus dilakukan ketika letusan terjadi," tandas Triska.

Sebelumnya diberitakan, status Gunung Papandayan dinaikkan dari waspada (level II) menjadi siaga (level III). Peningkatan status ini dipicu meningkatnya kegempaan sejak Juni hingga awal Agustus 2011. Status siaga ditetapkan sejak 13 Agustus 2011 sesuai penjelasan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi, Ir. Surono, Sabtu (13/8).

Surono menyebutkan, aktivitas Gunung Papandayan meningkat cukup tajam, terutama kegempaan yang mencapai 14 kejadian/hari sejak Juni hingga sekarang. Sementara tahun 2002 terjadi 3 kejadian kegempaan/hari. Karena itu tim pengawas Gunung Papandayan terpaksa ditarik pada Jumat (12/8) malam untuk menentukan langkah apa yang dilakukan. (B.35)**
Share:

Anggota Tagana Berlebaran di Lokasi Bencana


KUMPUL bersama keluarga di Hari Raya Idulfitri, tentunya sangat diharapkan semua orang. Tidak heran tidak sedikit masyarakat yang mudik ke kampung halaman, meski harus bermacet-mecetan di jalan.

Namun suasana itu sepertinya tidak dirasakan mereka yang selalu bergelut dengan bencana alam. Selain petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kab. Bandung, mereka yang tidak berkumpul dengan keluarga saat Lebaran sekarang adalah anggota Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kab. Bandung.

Meski hanya relawan bencana, mereka tetap siaga di lapangan. Apalagi bulan Agustus sejumlah bencana terjadi di Kab. Bandung, seperti kebakaran maupun angin puting beliung. Tak mengherankan bila di antara mereka ada yang berlebaran di lokasi bencana.

Seperti dialami Agus "Jablay", warga Rancabali yang juga anggota Tagana Kab. Bandung. Lebaran tahun ini ia menghabiskan waktunya di kantor BPBD Kab. Bandung. Jika ada kejadian, ia langung pun meluncur ke lokasi.

"Inginnya seperti orang lain, kumpul bersama keluarga atau pergi liburan. Tapi akhir-akhir ini di Kab. Bandung sedang banyak bencana, terutama kebakaran. Jadi kita harus stand by, baik untuk membantu evakuasi maupun menyalurkan bantuan dari Pemkab Bandung bagi para korban bencana," ujarnya.

Semua ini dilakukan demi membantu korban bencana dengan tulus. Ia pun melakukannya karena kepedulian kepada sesama, terutama mereka yang terkena musibah.

Pembina Tagana Kab. Bandung, Yusran Razak membenarkan, semua anggota Tagana stand by di lapangan, meski di tengah suasana masih Lebaran.

"Saya dan anggota Tagana selalu stand by meski di hari Lebaran. Dengan begitu jika ada bencana bisa langsung bergerak baik untuk evakuasi maupun mengirimkan bantuan dari Pemkab Bandung," katanya.

Selain itu, sejumlah anggota Tagana juga ikut membantu di jalur mudik seperti Nangreg. Semua dilakukan untuk membantu petugas kepolisian atau PMI jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Menurut Yusran, untuk penanganan bencana, Pemkab Bandung sudah menyiapkan berbagai logistik. Di antaranya perahu karet besar, perahu karet kecil, kayak, ring boy, dan lainnya. "Jelas logistik disiapkan untuk proses evakuasi dan lainnya," terang Yusran sambil menambahkan, anggota Tagana Kab. Bandung jumlahnya sekitar 157 dan tersebar di tiap kecamatan. (dadang setiawan/"GM")**
Share:

Maps

Pengikut