SOREANG, (PR).-
Sedikitnya 2.600 rumah di Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung kembali terendam banjir menyusul hujan deras yang mengguyur sejak Minggu (5/12) siang. Akibatnya, lima ratus warga diungsikan ke sejumlah titik yang aman dari sergapan banjir. Sementara itu, di Kecamatan Dayeuhkolot dan Baleendah, semalam, genangan air kembali meninggi setelah sempat surut pada siang hari.
Di Banjaran, sejumlah rumah dikabarkan ambruk. Namun, jumlahnya belum dapat dipastikan karena aparat pemerintahan setempat masih melakukan pendataan. Hingga Minggu (5/12) malam, laporan mengenai hal itu terus mengalir.
Berdasarkan pemantauan "PR", Minggu (5/12) malam, banjir paling parah melanda Desa Kamasan dan Desa Tarajusari. Sebanyak 2.200 rumah di dua puluh RW terendam air dengan ketinggian mencapai 40-70 sentimeter.
Menurut sejumlah warga, air mulai naik sejak pukul 17.00 WIB. "Makin lama, air semakin naik," ucap Ketua RW 1 Desa Kamasan, Yayan Suryana.
Khawatir ketinggian air akan terus bertambah, dengan bantuan personel Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kab. Bandung, Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Bandung, serta Kepolisian Sektor Banjaran dan TNI, evakuasi warga pun dilakukan dengan menggunakan empat perahu karet serta dua perahu kayu. Sedikitnya lima ratus warga diungsikan ke sejumlah tempat, antara lain Masjid Al Mukhlis, Balai Desa Kamasan, dan sejumlah rumah warga di Kampung Cipaku dan Kampung Bugel.
"Kami utamakan mengevakuasi wanita dan anak-anak. Para pria dan beberapa warga yang rumahnya sudah ditinggikan tidak turut diungsikan karena memilih bertahan di rumahnya yang relatif aman dari sergapan banjir," kata Kaja Purwanto, anggota tim evakuasi.
Listrik padam
Dalam kondisi terendam banjir, suasana di daerah Banjaran dibuat sunyi dengan pemadaman aliran listrik. "Ini berdasarkan permintaan warga karena dikhawatirkan menimbulkan hubungan pendek arus listrik. Apalagi, mengingat ketinggian air yang bervariasi," ucap Camat Banjaran, Iman Irianto.
Tak hanya merendam rumah-rumah warga, banjir pun memutuskan akses jalan dari dan menuju Banjaran. Soalnya, banjir menyergap di Kelurahan Andir (Kecamatan Baleendah) dan Kecamatan Pameungpeuk. Demikian pula di Jalan Raya Banjaran-Soreang, di Desa Kamasan. Ketinggian air di kawasan ini mencapai dua meter. Kendaraan roda empat yang tak mampu menerobos genangan air tertahan di jalan hingga menyebabkan antrean sepanjang lima ratus meter.
Sementara sepeda motor yang nekat menerobos genangan air mengalami mati mesin. Kondisi ini pun dimanfaatkan sebagian warga setempat yang menyediakan jasa penyeberangan sepeda motor, menggunakan perahu, dengan menarik ongkos Rp 10.000 per sepeda motor.
Hal serupa berlaku di Kecamatan Baleendah, tepatnya di pertigaan Jalan Siliwangi. Hingga malam, genangan air di sana hanya turun lima puluh sentimeter.
Banjir seperti ini bukan kali pertama melanda daerah Banjaran. Sepanjang bulan Desember saja, sudah tiga kali banjir yang diakibatkan meluapnya anak Sungai Cisangkuy -Kali Cisela, Kali Cilembang, Kali Cibanjaran, Kali Cijengkol, dan Kali Cibatur. Dua bencana sebelumnya terjadi pada Rabu (1/12) dan Jumat (3/12).
"Saya sudah beberapa kali membuat kegiatan yang menyertakan warga sekitar Banjaran untuk merawat kali-kali tersebut sambil berperilaku tak membuang sampah sembarangan. Akan tetapi, jika kondisi hulu sungainya di Situ Cisanti tidak ditangani, banjir pasti masih akan tetap datang," kata Iman.
Menurut dia, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) pernah mengajukan rencana normalisasi Sungai Cisangkuy. Namun, langkah tersebut hingga kini masih belum dilakukan. Ia pun belum mengambil langkah lebih lanjut seputar pencegahan banjir karena saat ini masih berkonsentrasi pada evakuasi warga.
Sempat surut
Genangan air di sejumlah titik di Kecamatan Dayeuhkolot dan Baleendah, sebenarnya sempat turun. Pada Minggu (5/12), banyak warga yang sudah membersihkan rumahnya dari endapan lumpur. Arus lalu lintas di sejumlah ruas jalan, seperti Jln. Mohamad Toha, sudah kembali normal.
Akan tetapi, hujan deras yang mengguyur Kota Bandung dan sekitarnya, Minggu (5/12) siang hingga petang, membuat genangan air kembali meninggi. "Sekarang ini, genangan air kembali meninggi. Di rumah kami, ketinggian air mencapai sepaha orang dewasa. Keadaan ini sama dengan ketinggian air pada Sabtu (4/12)," ujar Asep Toni (39), warga Kampung Leuwibandung, Desa Citeureup, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung. (A-184/A-194)***
Sumber : Pikiran Rakyat Online : Senin, 06 Desember 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar