Gedung BPBD Dianggap Kantor Pos


GEDUNG Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kab. Bandung di kompleks Pemkab Bandung, sering dianggap masyarakat sebagai kantor pos. Hal ini dikarenakan gedung bekas Kantor Badan Arsip Perpustakaan dan Pengembangan Sistem Informasi (Bapapsi) Kab. Bandung tersebut didominasi warna oranye layaknya kantor pos. Apalagi tidak ada papan nama BPBD Kab. Bandung di sana, yang ada malah stiker BPBD Jabar.
"Karena gedung dicat warna oranye, tidak sedikit warga datang ke gedung BPBD untuk membeli prangko atau meterai," kata Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kab. Bandung, Cecep Hendrawan, sambil tersenyum.
Ditemui di kantornya, Kamis (30/12), Hendrawan mengatakan, kondisi gedung BPBD masih dalam taraf penataan, baik mebel maupun peralatan kantor lainnya. "Komputer sebagai sarana kerja hanya ada tiga unit ditambah satu laptop. Tahun 2011 rencananya ada pengadaan tambahan komputer untuk BPBD," ucapnya.
Meskipun begitu, BPBD Kab. Bandung sebagai lembaga baru dibandingkan dengan satuan kerja pemerintah daerah (SKPD) lainnya, sudah menorehkan prestasi. BPBD Kab. Bandung sejak sebulan lalu telah meluncurkan laman (situs) tersendiri yakni www.bpbd-kabbandung.blogspot.com. Para pengunjung situs BPBD Kab. Bandung bukan hanya dari Kab. Bandung melainkan dari kabupaten/kota lain di Jawa Barat bahkan Jawa Timur dan DKI Jakarta.
"BPBD Kab. Bandung juga memiliki alat komunikasi radio yang canggih seharga Rp 14 juta, sehingga bisa berkomunikasi dengan jangkauan luas sampai ke luar negeri," ucapnya didampingi Sekretaris BPBD Kab. Bandung, Agus Maulana.
Menurut Agus, meskipun baru berusia sebulan, tetapi BPBD Kab. Bandung sudah dihadapkan pada bencana banjir yang melanda tujuh kecamatan belum lama ini. "BPBD memiliki kewenangan melakukan perencanaan, koordinasi, sampai operasional penanggulangan bencana. Kami bisa berkoordinasi dengan instansi-instansi lain, termasuk menggerakkan para Sukarelawan," ucapnya.
Ruangan Ketua Pelaksana BPBD Kab. Bandung, H. Juhana Atmawisastra, terlihat sederhana, hanya berisikan dua meja kerja dan dua kursi lipat serta satu kulkas. Tidak ada pendingin ruangan (AC) maupun karpet sebagai alas ruangan.
Demikian pula dengan ruangan Agus Maulana dan tiga kepala bidang, hanya diisi sepasang meja dan kursi pinjaman dari perpustakaan Kab. Bandung. Sementara ruangan kerja staf masih dalam taraf pengerjaan, karena staf administrasi juga belum ada.
"BPBD Kab. Bandung memiliki enam kepala seksi dan tiga kepala subbagian, sehingga membutuhkan sekitar dua puluh orang staf administrasi. Kami sudah mengusulkan agar BPBD segera mendapatkan bantuan staf mutasi dari SKPD-SKPD lain," katanya menjelaskan.
Bukan hanya ruangan kerja, gudang penyimpanan bantuan, tenda, mesin pompa, maupun perahu karet juga hanya berupa ruangan berukuran sekitar 7 x 7 meter. "Kami belum memiliki gudang penyimpanan logistik, sehingga memanfaatkan ruangan kosong yang ada," ujarnya. (Sarnapi/"PR")***
Share:

Banjir di Leuwi Bandung Dayeuhkolot Semakin Memprihatinkan

Dayeuhkolot,

Banjir yang melanda Kabupaten Bandung kemarin semakin memperihatinkan. Selain di wilayah Kampung Cieunteng dan Andir Kecamatan Baleendah, banjir juga melanda wilayah Kecamatan Dayeuhkolot. Kampung Leuwi Bandung terbilang sebagai kampung yang paling parah karena air mencapai ketinggian 2 meter lebih. Sejumlah warga sudah tidak bisa lagi menempati rumahnya karena kondisinya sangat tidak memungkinkan
mereka untuk ditinggali.

Ketua RT setempat Ihin Sodikin mengatakan sejak beberapa hari bterakhir warganbya tidak bisa beraktifitas ke luan karena banjir mengahadang kampung yang dihuni paling padat penduduk itu. Padahal kata Ihin, warganya yang memiliki anak usia SD dan SMP sedang melaksanakan mid semester. Karena kondisinya yang membuat mereka harus ijin meninggalkan sekolah. "kondisi ini terbilang paling parah
ketimbang tahun-tahun sebelumnya. Saya juga kaget mengapa banjir kali ini paling parah,"ujar Ihin heran.
Warsih salah seorang warga yang memiliki dua anaknya yang masih duduk di bangku SD dan SMP mengaku meliburkan anak-anaknya sekolah karena khawatir dengan keselamatan anaknya itu. Dia mengatakan lebih memilih libur ketimbang memaksakan harus sekolah dalam kondisi banjir. "Saya sudah dua hari ini gak bisa keluar kampung karena banjir yang mendera wilayah ini. Padahal anak saya lagi ujian di
sekolahnya. tapi mau bagaimana lagi, terpaksa saya suruh libur saja,"akunya.

Kasie Trantibum Kecamatan Dayeuhkolot Fathudin mengatakan sejumlah penguingsi kini menempati aula kntor kecamatan Dayeuhkolot. Namun demikian para pengusngsi itu kini hanya tinggal beberapa kepala keluaraga yang masih bertahan karena rumahnya sudah mulai surut dari banjir. “Kami melihat pengungsi sudah mulai pulnag ke rumah karena banjir mulai surut,” katanya.

Ketua Forum Peduli Kabupaten Bandung Hidayat Bastaman mengatakan sampai hari kemarin tidak ada kepedulian yang dilakukan aparat pemrintah setempat. terlabih Camat Dayeuhkolot hanya mampu melaporkan kepada pihak pemkab Bandung melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). 

Badan ini masih baru namun sudah dituntut untuk berbuat yang terbaik bagi warga Kabupaten Bandung yang terkena bencana. "kami saat ini mendesak aparat setempat untuk segera memberikan bantuan kepada penghuni di RW 2,3, 4,5 dan14 Kampung para korban bencana banjir di Leuwi Bandung,”katanya.

Bastaman menambahkan selain Cieunteung, Leuwi Bandung dan daerah lainnya yang terkena bencana alam sebaiknya tidak hanya diinventaris oleh BPBD. hal ini bisa dilakukan dengan cara yang lain yang lebih menyentuh masyarakat korban. "Pendirian dapur umum saja tidak cukup, jadi sebaiknya badan yang baru ini
terjun ke lapangan bersama-sama dengan LSM atau ormas lainnya yang peduli terhadap para korban. Kami sangat menunggu kepedulian yang selama ini belum dapat dirasakan korban banjir di Leuwi Bandung,"pinta Bastaman.

Camat Numan Mumin mengatakan bantuan sudah diajukan melalui dinas terkait. Namun demikian dia meminta agar masayarakat korban banjir bersabar karena bantuan itu diyakini akan segera datang. "Soal bantuan saya kira tunggu saja karena kami sudah mengajukannnya,"kata Numan singkat. (GUN)
Share:

BPBD Tunggu Kajian SDAPE

Wakil Bupati Bandung Kunjungi Tanah Bergeser

SOREANG,

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung menyatakan masih menunggu hasil penelitian Dinas Sumber Daya dan Pengairan (SDP) terkait kondisi rekahan dan gerakan tanah di Kampung Singaluyu Desa Wargaluyu dan Kampung Sukatinggal Desa Pinggirsari Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung.

Hal itu diungkapkan Kabid Kedaruratan Logistik BPBD Kabupaten Bandung, Cecep Hendrawan di Perkantoran Pemkab Bandung,kemarin. Dia mneytakan kajian itu perlu dilakukan instansi terkait mengingat bencana yang terjadi di Arjasari ini akan terus berlangsung seiring dengan hujan yang mengguyur wi8layah Bandung Selatan. "Kami masih menunggu hasil penelitian
Dinas SDAPE. Kalau kajian terbukti bahwa lahan tanah di desa itu posisinya rawan ya mereka harus segera direlokasi secepatnya," ujar.

Dikatakan, penanggulangan bencana daerah di Kabupaten Bandung diharapkan menjadi mudah dan terkoordinasi setelah ditangani BPBD yang baru terbentuk sekitar sebulan. Namun demikian piuhknya mengaku kesulitan anggaran untuk melakukan penanganan bencana tersebut. Karena bencana yang terjadi di Kabupaten bandung itu bukan hanya rekahan dan geseran tanah yang ada di Arjasari saja melainkan juga terjadi di wilayah Dayeuhkolot dan baleendah dengan banjirnya dan di Kutawaringin dengan longsornya. “Untuk melaksanakan penanganan ini kan butuh anggaran, karenanya kami sangat menunggu dana operasional untuk menanganan bencana yang terjadi itu,”paparnya.

Sementara itu Camat Arjasari Eef Syarif menyatakan bencana pergeseran tanah di wilayahnya itu harus diteliti oleh badan Meteorologi, Geofisika dan Vulkanologi(MGV). Badan ini yang lebih kompeten dalam hal penelitian tanah yang bergerak di dua desa tersebut. Namun demikian pihaknya telah menunjukkan kepada wakiul, Bupati Bandung terkait dengan bergesernya tanah di kampung Sukatinggal Desa Pinggirsari. Meski pun wilayah itu dianggap tidak terlalu rawan karena jauh dari hunian warga, tetap harus dikaji. “Pak wakil bupati kemarin dating ke lokasi di Sukatinggal ini, beliau meminta daerah yang terkena bencana ini tetap harus diawasi. Meski pun jauh dari hunian warga namun bahayanya tetap akan terjadi ke wilayah lainnya,”kata Eef mengutip perkataan Deden Rumaji, wakil Bupati Bandung.

Dia berharap selain pengawasan yang harus senantiasa dilakukan camat selaku pemilik wilayah juga dilakukan dinas terkait. Apalagi SDAPE sudah siap untuk melakukan kajian lebih jauh terhadap tanh yang bergeser tersebut. (GUN)
Share:

Korban 34 Rumah Bergeser, Minta Perhatian Pemkab Bandung

Arjasari,

Para penghuni rumah yang tanahnya bergeser beberapa waktu lalu, kemarin mengaku ingin memperbaiki rumahnya masing-masing. Karenanya mereka berharap pemerintah setempat segera memperhatikan kondisi yang mereka alami. Terlebih dengan telah dibentuknya Badan Penanggulangan Bencana daerah (BPBD) Kabupaten Bandung.

Seperti diungkapkan Ny. Sahla (45) salah seorang warga Kampung Singaluyu RT 4 RW 09 Desa Wargaluyu Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung saat dijumpai Bandung Ekspres. Dia mengatakan rumahnya itu terpaksa dihuni kembali karena tidak lagi punya rum,ah yang layak untuk dihuni keluarganya itu. Sambil menunjukkan sejumlah lokasi di dalam rumahnya itu, Ny. Sahla meminta kepada pihak berwenang dalam hal ini Pemkab Bandung untuk memperhatikan nasib yang dialaminya itu. “Kami terpaksa menghuni kembali rumah ini karena mau bagaimana lagi, tinggal di tempat yang lain saya tidak memiliki rumah tinggal lagi,”ujar Ny Sahla seraya menunjukkan bagian rumahnya yang retak-retak itu.

Dia mengaku dari sejumlah warga yang ada di kampong itu khawatir terjadi lagi retakan susulan apalagi musim hujan yang terus-terusan mengguyur wilayah kampungnya itu. Bahkan ada lima warga lainnya yang terbilang parah retakannya kemarin sudah tidak lagi dihuni pemiliknya.

Menurut Kaur Trantib Desa Wargaluyu Sukanda Setiawan, sebanyak enam Kepala keluarga yang kini tidak lagi kambali ke rumahnya adalah Dodo, Sahla, Deni, Eutik, Titis dan Yana. Dia mengatakan dari keenam KK itu ada juga yang kini mulai menempati rumahnya dengan alas an tidak memiliki rumah tinggal sebagai penggantinya. Bahkan lanjutnya, pihak desa yang te;lah melaporkan sejak kejadian tanggal 18 Desember lalu, meminta bantuan kepada dinas sosial untuk mendirikan tenda sebagai tempat penampungan darurat. “kami juga mambanguna tenda sebagai tempat penampungan sementara di kampung Singaluyu. Demikian juga dengan sejumlah bantuan makanan yang diberikan sebagai bantuan alakadarnya telah dilakukan untuk upaya penanganan darurat,”kata Sukanda.

Sejumlah fasilitas umum lainnya yang terkana imbas dari pergeseran tanah adalah jalan desa. Jalan Singaluyu itu terlihat bergeser dengan ketinggian antara 40-50 CM. Beruntung warga sudah menimbunnya dengan pasir yang diambil secara gotong-royong sabilulungan di kampung itu. “Kami telah melakukan kerja bakti bergotong royong sabilulungan satu sama lainnya untuk menimbun jalan desa yang bergeser itu. Dengan menggunakan pasir dan tanah sebanyak 3 truk colt disel dan sebagian lagi dicor menggunakan semen agar jalan tetap padat. Namun sebagina lagi masih ada juga yang terlihat berserakan karena belum ada lagi bantuan yang bisa menutupi ongkos kerja jalan yang amblas itu,”tuturnya.

Dia mengaku kerugian yang menimpa rumah sebanyak 34 buah, enam diantaranya termasuk dalam kondisi parah itu ditaksir antara Rp 100 juta lebih. Kerusakan yang terjadi pada tahun ini termasuk kerusakan yang paling parah. “Sehingga nilai materi yang dialami warga pemilik rumah itu bias saja mencapai Ro 100 juta. Itupun bila dilihat secara kasarnya saja tidak secara matematis atau berdasarkan hitungan realnya,”tegasnya.

Dia memaparkan, kejadian serupa di kapng itu pernah ada pada tahun 1965. Dia waktu itu masih duduk di bangku SD (Sekolah Dasar). “Kalau dilihat dari sejarahnya yang pernah terjadi di Kampung ini, (Singaluyu,Red) pernah terjadi. Waktu itu rumah di kampong ini tidakl banyak seperti sekarang ini. Kejadian pergeseran tanah saat itu tidak separah yang dialami tahun ini. Makanya saya meprediksi kerugian itu diperkirakan demikian,”kenangnya.

Sebe;lumnya, Camat Arjasari Eef Syarif Hidayat kepada wartawan menegaskan, sejak tanggal 8 Desember lalu kondisi tanah di kampung Singaluyu labil dan kerap terjadi pergeseran tanah. Akibatnya, sejumlah rumah yang dihuni oleh 34 KK itu kini was-was dan satu persatu dievakuasi ke daerah yang aman. Dia mengatakan, kondisi yang lebih parah terjadi di Kampung Singaluyu, dimana jalan kampunjg itu jadi lokasinya turun ke bawah antara 40 - 50 CM ke bawah. Apalagi tanah yang dekat tebing itu terdapat penurunan ketinggian tanah mencapai 50-70 CM.

Dia mengaku meski tidak ada korban jiwa, dari jumlah sebanyak 34 rumah itu 6 diantaranya kini sudah dievakuasi penghuninya. Dia memberitahukan kepada warga melalui kepala desa setempat agar senantiasa berkoordinasi untuk menghindari hal yang tidak diinginkan. “Kami sudah melayangkan surat secara resmi kepada para pemilik rumah yang berada di lokasi tanah yang bergeser itu jumlahnya mencapai 34 kepala keluarga. Namun untuk rumah yang berjumlah 6 buah atau yang didiami 6 KK terpaksa harus dievakuasi ke daerah yang aman dan hingga kini tidak lagi dihuni oleh pemiliknya,”kata Eef.

Dikatakannya, dua lokasi yang rawan akan retakan tanah di kecamatan Arjasari itu masing-masing di Kampung Singaluyu Desa Wargaluyu dan satu lagi di kampung Sukatinggal RT 3/5 Desa Pinggirsari. Untuk di Kampung Sukatinggal, dinyatakan tidak terlalu khawatir karena di kampung itu lokasi retakannya tidak berada di daerah yang banyak penghuninya. Bahkan di Kampung itu areal retakan jauh dari pemukiman masyarakat. Meski demikian pihaknya tetap melakukan pengawasan, siapa tahu ke depan lokasi itu retakannya terjadi lebih parah dan harus ditangani serius seperti yang terjadi di Kampung Singaluyu. (sal)
Share:

Camat Segera Evakuasi Penghuni Rumah : 28 Rumah Bergeser, 6 rumah Amblas

Arjasari,

Sebanyak 34 rumah di Kampung Singaluyu RT 4 dan 5 RW 09 Desa Wargaluyu Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung kemarin dinyatakan berbahaya untuk ditinggali penghuninya. Hal itu terjadi setelah beberapa hari paska kejadian kondisinya semakin hari semakin parah. Melihat kondisi tersebut aparat pemerintah kecamatan Arjasari langsung memberikan penanganan serius dengan mengevakuasi para pemilik rumah yang lokasinya berada di lokasi retakan itu.

Camat Arjasari Eef Syarif Hidayat kepada Bandung Ekspres di ruang kerjanya menegaskan sejak tanggal 8 Desember lalu kondisi tanah di kampong Singaluyu labil dan kerap terjadi pergeseran tanah. Akibatnya, sejumlah rumah yang dihuni oleh 34 KK itu kini was-was dan satu persatu dievakuasi ke daerah yang aman. Dia mengatakan, kondisi yang lebih parah terjadi di Kampung Singaluyu, dimana jalan kampunjg itu jadi lokasinya turun ke bawah antara 40 - 50 CM ke bawah. Apalagi tanah yang dekat tebing itu terdapat penurunan ketinggian tanah mencapai 50-70 CM.

Dia mengaku meski tidak ada korban jiwa, dari jumlah sebanyak 34 rumah itu 6 diantaranya kini sudah dievakuasi penghuninya. Dia memberitahukan kepada warga melalui kepala desa setempat agar senantiasa berkoordinasi untuk menghindari hal yang tidak diinginkan. “Kami sudah melayangkan surat secara resmi kepada para pemilik rumah yang berada di lokasi tanah yang bergeser itu jumlahnya mencapai 34 kepala keluarga. Namun untuk rumah yang berjumlah 6 buah atau yang didiami 6 KK terpaksa harus dievakuasi ke daerah yang aman dan hingga kini tidak lagi dihuni oleh pemiliknya,”kata Eef.

Dikatakannya, dua lokasi yang rawan akan retakan tanah di kecamatan Arjasari itu masing-masing di Kampung Singaluyu Desa Wargaluyu dan satu lagi di kampung Sukatinggal RT 3/5 Desa Pinggirsari. Untuk di Kampung Sukatinggal, dinyatakan tidak terlalu khawatir karena di kampung itu lokasi retakannya tidak berada di daerah yang banyak penghuninya. Bahkan di Kampung itu areal retakan jauh dari pemukiman masyarakat. Meski demikian pihaknya tetap melakukan pengawasan, siapa tahu ke depan lokasi itu retakannya terjadi lebih parah dan harus ditangani serius seperti yang terjadi di Kampung Singaluyu.

“Kami selalu mengawasi daerah yang rawan itu terlabih untuk para korban di kampung Singaluyu itu kami telah melaporkannya kepada badan yang baru saja dibentuk yakni Badan Penanggulangan Bencana daerah (BPBD). Ini sebagai dasar laporan kami kepada pemerintah Kabupaten Bandung agar penanganan masalah bencanja tanah dengan retakan yang sulit dipresdiksi itu bisa tertangani lebih dini,”paparnya.

Wawan (50) salah seorang pemilik rumah terkena retakan mengatakan, rumahnya kini terkena retakan yang besar dari hari sebelumnya. Hal itu terjadi dari sejumlah getaran yang sempat terjadi di bebebarapa daerah yang iimbasnya ke wilayah Kabupaten Bandung. Awalnya dia kaget dengan kondisi tanah yang setiap hari nyaris mengalami pergeseran. Bahkan suatau saat sempat merasakan pergeseran hebat yang berdampak pada salah satu ruangan rumahnya retak yangris membelah dinding rumahnya itu. “Saya sendiri merasakan ada perseseran itu pada siang hari tepatnya tanggal 8 Desember lalu. Lalu saya melihat salah satu bagian rumah yang nyaris sama dengan belahan tanah lapang kering yang membentang. Lalu saya menanayakan hal itu kepada beberapa warga yang juga tetangga. Ternmyata rumah yang dihuni tetangga saya pun mengalami hal yang sama rumahnya retak-retak,”papar Wawan.

Dikatakannya selain rumah, sejumlah jalan di Kampung Singaluyu juga ada yang mengalalami retakan sehingga tanah jalan itu jadi turun ke bawah sampai 40 CM ke bawah. Apalagi tanah yang dekat tebing itu terdapat penurunan ketinggian tanah mencapai 50 CM. “Jalan Singaluyu juga mengalami penurunan ketinggian. Ini bias dilihat dari ketinggian jalan deklat perkampungan rumah penduduk dengan rumah yang mau masuk menuju jalan desa Wargaluyu. Perbedaan sangat terlihat dari ketinggiannya itulah,”tanya Wawan kaget. (gun)
Share:

BPBD Tunggu Kajian SDAPE Soal Amblesan Tanah di Arjasari

SOREANG, (PRLM).- Untuk mengambil tindakan menyusul terjadinya amblesan tanah di Kampung Sukatinggal, Desa Pinggirsari, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) masih menunggu kajian tim ahli Dinas Sumber Daya Air, Pertambangan, dan Energi (SDAPE). Jika amblesan berpotensi menimbulkan longsor dan mengancam penduduk, bukan tidak mungkin akan dilakukan relokasi warga.
“Belum ada rekomendasi tindakan yang bisa kami berikan. Masih kami koordinasikan dengan tim ahli SDAPE. Mereka yang punya kapasitas meneliti. Kita harapkan hasilnya dapat diperoleh segera. Setelah nanti ada hasil penelitian, baru kita bertindak,” ujar Kepala BPBD Juhana Atmawisastra, Selasa (21/12).
Menurut Juhana, BPBD sendiri telah mengirimkan tim untuk melihat langsung lokasi. Dari pantauan tersebut, diketahui telah terjadi amblesan tanah sedalam sekitar satu meter dengan lubang retakan sedalam 30 centimeter. Belum diketahui apakah amblesan berbentuk tapal kuda tersebut berpotensi menimbulkan bencana longsor.
Juhana mengungkapkan, jika berdasarkan penelitian tim SDAPE dipastikan amblesan tanah bisa memicu longsor, BPBD akan mengkaji potensi kerusakan yang akan ditimbulkan. “Jika keselamatan warga di bawah bukit itu terancam, tanpa ragu-ragu kami akan merekomendasikan adanya relokasi. Jangan sampai ada korban akibat keterlambatan penanganan,” ujarnya.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, tanah di lereng bukit di Kampung Sukatinggal ambles sedalam satu meter membentuk tapal kuda dengan lebar sekitar 60 meter, sejak Jumat (17/12) lalu. Belum ada perhatian khusus dari pemerintah terhadap kejadian ini. Hanya berjarak 500 meter dari lokasi amblesan, terdapat permukiman padat yang berpotensi terancam menjadi korban jika terjadi longsor akibat guyuran hujan deras. (A-165/das)***
Share:

Maps

Pengikut