Arjasari,
Para penghuni rumah yang tanahnya bergeser beberapa waktu lalu, kemarin mengaku ingin memperbaiki rumahnya masing-masing. Karenanya mereka berharap pemerintah setempat segera memperhatikan kondisi yang mereka alami. Terlebih dengan telah dibentuknya Badan Penanggulangan Bencana daerah (BPBD) Kabupaten Bandung.
Seperti diungkapkan Ny. Sahla (45) salah seorang warga Kampung Singaluyu RT 4 RW 09 Desa Wargaluyu Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung saat dijumpai Bandung Ekspres. Dia mengatakan rumahnya itu terpaksa dihuni kembali karena tidak lagi punya rum,ah yang layak untuk dihuni keluarganya itu. Sambil menunjukkan sejumlah lokasi di dalam rumahnya itu, Ny. Sahla meminta kepada pihak berwenang dalam hal ini Pemkab Bandung untuk memperhatikan nasib yang dialaminya itu. “Kami terpaksa menghuni kembali rumah ini karena mau bagaimana lagi, tinggal di tempat yang lain saya tidak memiliki rumah tinggal lagi,”ujar Ny Sahla seraya menunjukkan bagian rumahnya yang retak-retak itu.
Dia mengaku dari sejumlah warga yang ada di kampong itu khawatir terjadi lagi retakan susulan apalagi musim hujan yang terus-terusan mengguyur wilayah kampungnya itu. Bahkan ada lima warga lainnya yang terbilang parah retakannya kemarin sudah tidak lagi dihuni pemiliknya.
Menurut Kaur Trantib Desa Wargaluyu Sukanda Setiawan, sebanyak enam Kepala keluarga yang kini tidak lagi kambali ke rumahnya adalah Dodo, Sahla, Deni, Eutik, Titis dan Yana. Dia mengatakan dari keenam KK itu ada juga yang kini mulai menempati rumahnya dengan alas an tidak memiliki rumah tinggal sebagai penggantinya. Bahkan lanjutnya, pihak desa yang te;lah melaporkan sejak kejadian tanggal 18 Desember lalu, meminta bantuan kepada dinas sosial untuk mendirikan tenda sebagai tempat penampungan darurat. “kami juga mambanguna tenda sebagai tempat penampungan sementara di kampung Singaluyu. Demikian juga dengan sejumlah bantuan makanan yang diberikan sebagai bantuan alakadarnya telah dilakukan untuk upaya penanganan darurat,”kata Sukanda.
Sejumlah fasilitas umum lainnya yang terkana imbas dari pergeseran tanah adalah jalan desa. Jalan Singaluyu itu terlihat bergeser dengan ketinggian antara 40-50 CM. Beruntung warga sudah menimbunnya dengan pasir yang diambil secara gotong-royong sabilulungan di kampung itu. “Kami telah melakukan kerja bakti bergotong royong sabilulungan satu sama lainnya untuk menimbun jalan desa yang bergeser itu. Dengan menggunakan pasir dan tanah sebanyak 3 truk colt disel dan sebagian lagi dicor menggunakan semen agar jalan tetap padat. Namun sebagina lagi masih ada juga yang terlihat berserakan karena belum ada lagi bantuan yang bisa menutupi ongkos kerja jalan yang amblas itu,”tuturnya.
Dia mengaku kerugian yang menimpa rumah sebanyak 34 buah, enam diantaranya termasuk dalam kondisi parah itu ditaksir antara Rp 100 juta lebih. Kerusakan yang terjadi pada tahun ini termasuk kerusakan yang paling parah. “Sehingga nilai materi yang dialami warga pemilik rumah itu bias saja mencapai Ro 100 juta. Itupun bila dilihat secara kasarnya saja tidak secara matematis atau berdasarkan hitungan realnya,”tegasnya.
Dia memaparkan, kejadian serupa di kapng itu pernah ada pada tahun 1965. Dia waktu itu masih duduk di bangku SD (Sekolah Dasar). “Kalau dilihat dari sejarahnya yang pernah terjadi di Kampung ini, (Singaluyu,Red) pernah terjadi. Waktu itu rumah di kampong ini tidakl banyak seperti sekarang ini. Kejadian pergeseran tanah saat itu tidak separah yang dialami tahun ini. Makanya saya meprediksi kerugian itu diperkirakan demikian,”kenangnya.
Sebe;lumnya, Camat Arjasari Eef Syarif Hidayat kepada wartawan menegaskan, sejak tanggal 8 Desember lalu kondisi tanah di kampung Singaluyu labil dan kerap terjadi pergeseran tanah. Akibatnya, sejumlah rumah yang dihuni oleh 34 KK itu kini was-was dan satu persatu dievakuasi ke daerah yang aman. Dia mengatakan, kondisi yang lebih parah terjadi di Kampung Singaluyu, dimana jalan kampunjg itu jadi lokasinya turun ke bawah antara 40 - 50 CM ke bawah. Apalagi tanah yang dekat tebing itu terdapat penurunan ketinggian tanah mencapai 50-70 CM.
Dia mengaku meski tidak ada korban jiwa, dari jumlah sebanyak 34 rumah itu 6 diantaranya kini sudah dievakuasi penghuninya. Dia memberitahukan kepada warga melalui kepala desa setempat agar senantiasa berkoordinasi untuk menghindari hal yang tidak diinginkan. “Kami sudah melayangkan surat secara resmi kepada para pemilik rumah yang berada di lokasi tanah yang bergeser itu jumlahnya mencapai 34 kepala keluarga. Namun untuk rumah yang berjumlah 6 buah atau yang didiami 6 KK terpaksa harus dievakuasi ke daerah yang aman dan hingga kini tidak lagi dihuni oleh pemiliknya,”kata Eef.
Dikatakannya, dua lokasi yang rawan akan retakan tanah di kecamatan Arjasari itu masing-masing di Kampung Singaluyu Desa Wargaluyu dan satu lagi di kampung Sukatinggal RT 3/5 Desa Pinggirsari. Untuk di Kampung Sukatinggal, dinyatakan tidak terlalu khawatir karena di kampung itu lokasi retakannya tidak berada di daerah yang banyak penghuninya. Bahkan di Kampung itu areal retakan jauh dari pemukiman masyarakat. Meski demikian pihaknya tetap melakukan pengawasan, siapa tahu ke depan lokasi itu retakannya terjadi lebih parah dan harus ditangani serius seperti yang terjadi di Kampung Singaluyu. (sal)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar