Pasalnya untuk Kec. Majalaya yang meliputi Desa Majalaya, Majasetra, Sukamaju, dan Desa Majakerta saja kerugiannya diperkirakan mencapai Rp 6,8 miliar. Hal itu diakui Camat Majalaya, Drs. Asep Ahmad Muslim, M.Si. saat dihubungi "GM", Minggu (1/5).
Asep mengasumsikan satu rumah di Kec. Majalaya mengalami kerugian Rp 1 juta. Sedangkan di kecamatan tersebut terdapat 6.800 rumah yang terendam banjir, sehingga diperkirakan kerugian akibat peristiwa itu mencapai Rp 6,8 miliar.
Jumlah tersebut belum termasuk kerugian di tiga kecamatan lainnya. Seperti Desa Tanggulun Kec. Ibun sebanyak 900 rumah, Desa Sukamantri Kec. Paseh 1.254 rumah, dan Desa Rancakasumba Kec. Solokanjeruk sekitar 600 rumah.
Kepala Desa Sukamantri, H. Mochamad Yusup bahkan mengatakan, akibat bencana banjir bandang tersebut, warga di desanya paling tidak mengalami kerugian materi hingga Rp 950 juta.
Namun untuk mengetahui secara pasti kerugian itu, aparat setempat masih mendata korban. Pasalnya dalam peristiwa itu puluhan rumah ambruk, termasuk barang-barang yang berada di dalam rumah, semua hancur akibat terendam air.
Berdasarkan pemantauan "GM", sedikitnya 9.554 rumah yang tersebar di empat kecamatan masih terendam banjir bandang. Bahkan sekitar pukul 17.00 WIB kemarin, tujuh desa di empat kecamatan itu kembali diterjang banjir akibat meluapnya Sungai Citarum. Meski banjir yang terjadi tidak sehebat Sabtu (30/4). Pasalnya, ketinggian air rata-rata di bawah 1 meter.
Sejauh ini tidak ada warga yang dikabarkan mengalami luka-luka maupun tewas. Meski demikian, akses Jalan Raya Majalaya-Rancaekek, Desa Majasetra dan Jalan Raya Laswi, Desa Majalaya lumpuh total, karena terendam banjir dengan ketinggian rata-rata 1 meter.
Genangan air khususnya di wilayah perkampungan yang dekat dengan bantaran sungai dan anak Sungai Citarum, meredam rumah dengan ketinggian mencapai 1,5 meter. Seperti yang terjadi di Desa Sukamantri.
Di lokasi tersebut, sejumlah warga sempat terperangkap dan terisolasi. Petugas tim evakuasi pun kesulitan menyelamatkan mereka. Bahkan seorang nenek, Ny. Osin (80), warga Kp. Rancabali RW 12, Desa Sukamantri nyaris tewas terendam banjir, saat tertidur di rumahnya.
Bencana banjir di desa itu, akibat jebolnya tanggul Sungai Citarum di dua titik, yang masing-masing panjangnya 30 meter dan 60 meter. Banjir yang terjadi Minggu sore, juga berasal dari luapan Sungai Citarum akibat tanggul jebol.
Kepala Desa Sukamantri, H. Mochamad Yusup menambahkan, menghadapi bencana banjir kali ini, tim evakuasi mengalami kesulitan menyelamatkan warga yang rumahnya terendam banjir antara 1-1,5 meter. "Warga pun terpaksa bertahan di rumahnya," katanya.
Lakukan pengamanan
Camat Majalaya, Drs. Aep Ahmad Muslim, M.Si. mengatakan, untuk menanggulangi bencana banjir tersebut, jajaran muspika, bekerja sama dengan tokoh masyarakat berusaha melakukan pengamanan terhadap warga korban banjir.
Ia mengatakan, dari ribuan rumah yang terendam banjir, terdapat 30-40 pabrik industri tekstil yang tersebar di Kec. Majalaya ikut menjadi korban. Akibatnya, aktivitas puluhan perusahaan itu sempat terganggu karena peralatan pabrik di perusahaan itu ikut terendam. Namun puluhan perusahaan itu tidak sampai lumpuh, sebab setelah banjir surut bisa beroperasi kembali.
"Kami sudah berusaha mengantisipasi banjir dengan cara melebarkan dan meluruskan Sungai Citarum, bekerja sama dengan Paguyuban Textile Majalaya. Selain itu, Pemkab Bandung sudah berusaha melakukan penanganan di hulu Sungai CItarum yang berada di kawasan Kamojang, Kec. Ibun, dan Gunung Wayang Kec. Kertasari. Jadi kami betul-betul melakukan penanganan secara serius," katanya.
Bahkan untuk menangani banjir susulan, pemerintah sudah merencanakan membuat sumur buatan dan danau buatan. "Itu merupakan program ke depan yang menjadi perhatian pemerintah untuk menanggulangi banjir," katanya sambil menyebutkan, banjir kali ini adalah yang terparah.
Untuk membantu warga korban banjir, Aep berusaha mengantisipasi kebutuhan air bersih, dengan cara berkoordinasi dengan PDAM Kab. Bandung. Tetapi sejauh ini, kebutuhan air belum menjadi kendala bagi korban banjir.
Sementara itu, Kepala Desa Tanggulun, Dudu Kosasih mengatakan, untuk mengantisipasi banjir susulan di wilayahnya, pihaknya mengharapkan agar Balai Besar Wilayah Sungai Citarum (BBWSC) memberikan bantuan beronjong berikut batu, untuk membangun tanggul Sungai Citarum yang jebol yang panjangnya mencapai 90 meter.
Hingga saat ini, imbuh Dudu, warga korban banjir masih terlihat waswas, kendati mereka sudah terlatih dan terbiasa menghadapi banjir bandang. Untuk itu, harap Dudu, pemerintah terkait harus segera memperbaiki tanggul tersebut.
Menurutnya, banjir kali ini pun sempat meluluhlantakkan peralatan belajar, buku dan alat tulis di lima SD di desa tersebut. Sehingga, kegiatan belajar para siswa terganggu.
Kepala Dinas Kesehatan Kab. Bandung, dr. Ahmad Kustijadi menilai, banjir yang terjadi sangat rawan bagi masyarakat terserang penyakit ISPA, gatal-gatal, dan penyakit lainnya. Tapi sejauh ini, belum ada ledakan kunjungan pasien ke posko-posko kesehatan yang disiapkan di masing-masing desa.
"Namun untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, petugas kesehatan berusaha untuk melakukan pendataan ke rumah warga yang terendam banjir. Nantinya, pascabanjir akan dilakukan lisolisasi dan kaporitisasi," katanya. (B.105)**