Sekolah bambu di Kec. Pangalengan, Kab. Bandung, yang dibangun pascagempa, kondisinya saat ini sangat memprihatinkan. Sejak dibangun tahun 2009, sekolah tersebut belum pernah diperbaiki.
Dinamakan sekolah bambu karena dinding dan fondasinya terbuat dari bambu. Pascagempa bumi yang melanda Pangalengan, sekolah bambu didirikan pemerintah untuk menggantikan sementara bangunan sekolah yang rusak.
Menurut Kepala Subbagian Tata Usaha Unit Pelaksana Teknis Daerah (Kasubag TU UPTD) Dinas Pendidikan (Disdik) Pangalengan, Ruswandi, di Kec. Pangalengan ada 20 sekolah dasar (SD) yang menggunakan sekolah bambu. Di antaranya SD Pangalengan 4, SD Pangalengan 8, SD Gamlok, SD Pintu 1, SD Lamajang 3, SD Palayang, SD Margabakti, dan SD Mulyasari.
"Semuanya ada 20 SD di Pangalengan yang menggunakan sekolah bambu dengan jumlah kelas sebanyak 150 unit untuk menampung 4.402 murid," ujar Ruswandi di Pangalengan, Rabu (9/2).
Ruswandi membenarkan saat ini sekolah bambu di Kec. Pangalengan sudah tidak layak digunakan. Ruswandi berharap ada pihak ketiga yang mau membangun sekolah atau memperbaiki sekolah yang rusak akibat gempa, sehingga tidak lagi menggunakan sekolah bambu.
"Pemerintah tentunya sangat berat untuk memperbaikinya dan berharap banyak ada pihak ketiga atau swasta yang mau membantu," katanya.
Terpaksa digunakan
Kondisi sekolah bambu yang memprihatinkan diakui Kepala SD Pangalengan 4, Anton yang ditemui "GM" di lokasi, Rabu (9/2). Menurut Anton, meski kondisi sekolah bambu sudah tidak layak, namun terpaksa digunakan karena bangunan sekolah yang terkena gempa belum diperbaiki.
"Kalaupun pindah, mau pindah ke mana, bangunan yang lama belum diperbaiki," katanya.
Selain kondisi fisik bangunan yang tidak layak, daya tampung kelas juga sudah melewati standar rombongan belajar setiap kelas. Idealnya setiap kelas digunakan 40 siswa, tetapi di kelas bambu digunakan 60 siswa.
"Di kelas bambu setiap satu meja diduduki 3 hingga 4 siswa. Ini menyebabkan aktivitas belajar mengajar tidak efektif," katanya.
Anton berharap pemerintah atau pihak ketiga dapat membantu memperbaiki sekolah-sekolah yang rusak, supaya tidak menggunakan lagi sekolah bambu.
Hal senada disampaikan Kepala SD Pangalengan 8, Arum Sari. Menurutnya, pascagempa bangunan SD Pangalengan 8 belum diperbaiki. Arum berharap bangunan sekolah yang lama segera diperbaiki, karena kondisi sekolah bambu sudah tidak layak digunakan.
"Tentunya kita ingin sarana dan prasarana bangunan yang lama cepat diperbaiki, sehingga para murid ini bisa belajar dengan tenang," jelasnya.
Bukan hanya rawan bocor, bangunan sekolah bambu pun rawan pencurian. Seperti yang terjadi di SD Pangalengan 4, banyak buku pelajaran di lemari yang dicuri.
"Karena bangunannya seperti ini, buku-buku banyak yang hilang, selain itu kursi juga ada yang hilang," ujar salah seorang guru SD Pangalengan 4, Yudi.
Yudi menuturkan, buku-buku yang sekarang digunakan dalam kondisi rusak. "Yang ada sekarang ini buku yang sudah rusak dan belum ada penggantinya," katanya. (B.84)**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar