Banjir yang terjadi di sejumlah daerah di tujuh kecamatan Kab. Bandung baru-baru ini telah merendam 1.275 hektare sawah, 47 hektare di antaranya dinyatakan puso. Sebagian besar yang gagal panen itu adalah tanaman padi muda milik petani di Kec. Rancaekek dan Cikancung.
"Para petani di Kec. Baleendah, Bojongsoang, dan Dayeuhkolot yang merupakan daerah banjir terparah, pada umumnya belum menanami sawahnya, sehingga tidak ada puso di daerah tersebut," kata Kepala Dinas Pertanian, Kehutanan, dan Perkebunan (Distanhutbun) Kab. Bandung, Ir. H. Tisna Umaran, di ruang kerjanya, Senin (20/12).
Diberitakan sebelumnya, sejumlah daerah di tujuh kecamatan di Kab. Bandung tergenang banjir akibat meluapnya Sungai Citarum dan anak-anak sungainya. Kecamatan yang terkena banjir adalah Baleendah, Dayeuhkolot, Rancaekek, Banjaran, Cikancung, Bojongsoang, dan Cangkuang. Bahkan, sampai saat ini beberapa kawasan di Baleendah seperti Cieunteung Kel. Baleendah masih tergenang banjir setinggi 50 sentimeter.
Menurut Tisna, tanaman padi yang masih berusia tujuh sampai empat belas hari memang belum cukup kuat menahan genangan air. Di Kec. Rancaekek dan Cikancung, terdapat 47 hektare tanaman muda yang puso. "Berdasarkan pendataan yang dilakukan petugas di lapangan, luas areal sawah yang terendam banjir mencapai 1.275 hektare. Lama genangan banjir antara sehari sampai lima hari, sehingga tanaman padi yang masih muda akhirnya mati," ujarnya.
Mengenai bantuan untuk para petani yang tanaman padinya mati akibat banjir, Tisna mengatakan, pemerintah akan memberikan bantuan benih padi bersertifikat. "Setiap hektare akan mendapatkan bantuan benih padi dari pemerintah pusat sebanyak 25 kilogram. Bantuan benih padi sudah tersedia, sehingga tinggal didistribusikan," ucapnya.
Waspadai hama tikus
Tisna juga mewanti-wanti para petani agar bersiaga menghadapi serangan hama tikus. "Biasanya setelah banjir akan diikuti serangan hama tikus yang dampaknya bisa luas sehingga merugikan para petani," ujarnya.
Seorang petani di Desa Ciluncat, Kec. Cangkuang, Paud, mengatakan, para petani sering merugi akibat banjir yang kerap merendam lahan pertanian saat hujan deras turun. "Banjir hanya empat jam, tetapi arus airnya deras, sehingga tanaman seperti padi, sosin, maupun mentimun tersapu banjir," katanya.
Paud dan para petani lainnya berharap pemerintah melakukan normalisasi aliran sungai, tidak sebatas memberikan bantuan benih padi. "Bantuan benih hanya sekali, tetapi banjir terus terjadi tiap hujan besar," katanya. (A-71)***
Sumber : Pikiran Rakyat Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar