Ratusan Hektare Sawah Rusak

SOREANG, (PR).-
Hujan yang mengguyur sejumlah wilayah Jawa Barat, Selasa (7/12), menyebabkan banjir parah di Kab. Bandung dan Kab. Ciamis, serta longsor di Kab. Garut. Akibatnya, ratusan hektare sawah rusak dan ribuan warga terpaksa mengungsi karena rumah mereka terendam banjir.

Berdasarkan pemantauan "PR", Rabu (8/12), dibandingkan dengan banjir sebelumnya, cakupan banjir di Kab. Bandung, yakni di Kec. Baleendah dan Dayeuhkolot, terus meluas. Hingga kemarin, sebanyak 12.000 rumah terendam. Terdapat penambahan sekitar 4.000 rumah yang terendam dibandingkan dengan sebelumnya.

Jumlah pengungsi juga terus meningkat, menjadi 424 keluarga atau hampir 2..000 jiwa. Selain rumah, banjir juga merendam dan merusak 200 hektare sawah di enam kecamatan. Di samping itu, akibat gedung sekolah rusak, ratusan siswa di Kec. Arjasari tidak bersekolah selama satu minggu.

Di Kec. Rancaekek, banjir menyebabkan sekitar 750 rumah terendam, dengan ketinggian air mencapai 30 sentimeter sampai dengan 50 sentimeter. Lokasi yang terendam air adalah Desa Linggar yang terdiri atas 11 RW dan 36 RT. Kepala Desa Linggar, Yoyo Iryadi mengatakan, untuk mengurangi dampak banjir, pihaknya bersama warga melakukan pembersihan rutin setiap tahun.

"Tetap saja Kali Cimande meluap. Satu-satunya cara yakni dengan normalisasi kali oleh Balai Besar Wilayah Sungai," katanya.

Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kab. Bandung Juhana Atmawisastra mengungkapkan, saat ini ada 5 titik pengungsian di Baleendah dan 6 titik di Dayeuhkolot.

"Selain mereka yang ada di pengungsian bersama, masih ada lebih dari seribu warga yang memilih mengungsi di tetangga, saudara, atau masjid terdekat," ujarnya, Rabu (8/12), di Kantor Kec. Baleendah yang juga menjadi pos penanganan bencana banjir.

Di Baleendah, jumlah pengungsi 169 keluarga, terdiri atas warga RW 20 Kp. Cienteung dan RW 28 Kel. Baleendah serta warga beberapa RW di Kel. Andir. Mereka tersebar di Sekretariat DPC PDIP, Gedung Olah Raga Kel. Baleendah, aula kelurahan, aula kecamatan, dan Gedung Kwarcab Pramuka.

Sementara di Dayeuhkolot, ke-258 keluarga yang mengungsi berasal dari tiga desa dan satu kelurahan, yakni Desa Dayeuhkolot, Cangkuang Wetan, Citeureup, dan Kel. Pasawahan. Jumlah terbesar berasal dari Citeureup, mencapai 130 keluarga.

Mengungsi di tenda

Menurut Juhana, banjir kali ini mirip banjir besar yang melumpuhkan Kab. Bandung Februari lalu. Saat itu, ribuan warga terpaksa tinggal di pengungsian lebih dari dua bulan. Dia khawatir, cakupan banjir masih akan meluas dengan daya rusak yang makin besar.

Saat ini, pihaknya mempertimbangkan untuk membangun dapur umum, tetapi lokasinya belum ditentukan. "Hanya belum dipastikan, apakah dapur umum akan terpusat untuk satu kecamatan atau per titik pengungsian," ucapnya. Sampai saat ini, bantuan yang diberikan kepada warga masih berupa beras dan bahan makanan.

Selain merendam ribuan rumah dan mengusir ratusan keluarga, banjir juga merendam beberapa meter ruas Jalan Raya Dayeuhkolot, tepatnya di kanan dan kiri Jembatan Dayeuhkolot sehingga memutus arus lalu lintas.

"Jalan sudah terendam sejak Selasa (7/12) pukul 21.00 WIB. Tak banyak kendaraan yang berani melintas, makanya jalanan lengang," ujar Yayat (21), salah seorang pedagang di Pasar Dayeuhkolot, tak jauh dari lokasi genangan.

Akibat terputusnya jalur ini, ribuan kendaraan yang hendak menuju atau meninggalkan Kab. Bandung menumpuk di Jalan Raya Bojongsoang dan Jalan Kopo. Kemacetan tersebut menyebabkan siswa terlambat masuk sekolah dan karyawan terlambat masuk kantor.

Di SMP 1, SMA 2, dan SMK Handayani, Kecamatan Arjasari, sudah seminggu terakhir, lebih dari 7oo siswa tidak bisa melaksanakan kegiatan belajar. Kompleks ketiga sekolah tersebut rusak parah diterjang banjir dengan ketinggian hingga dua meter sebanyak tiga kali dalam seminggu terakhir. Ratusan meja dan kursi rusak dan lebih dari dua puluh komputer hancur. Berbagai arsip sekolah juga ikut terendam.

Ganti rugi

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kab. Bandung Tisna Umaran mengungkapkan, petugasnya tengah melakukan pendataan terhadap 200 hektare sawah yang terendam. "Pendataan dibutuhkan untuk mengetahui tingkat kerusakan dan apa yang mesti diperbuat untuk memperbaikinya. Kami siap mengganti setiap kerusakan yang dialami petani," katanya.

Tisna menjelaskan, di Dinas Pertanian masih tersedia dana penanggulangan bencana sebesar Rp 45 juta. "Jika kerusakan terlampau banyak dan kami tidak sanggup mencukupi biaya ataupun benih pengganti, proposal bisa kami ajukan ke pusat. Di sana ada cadangan benih yang bisa diandalkan," ujar Tisna.

Banjir tewaskan warga

Di Kab. Garut, banjir yang terjadi Selasa (7/12) menyebabkan longsor yang menewaskan Kulsum binti Khobir (14) dan melukai adiknya, Abdul Azis (12) . Saat longsor terjadi sekitar pukul 18.15 WIB, kakak beradik itu sedang bermain di halaman rumah mereka di Kp. Salampung RT 3 RW 3, Desa Sukalaksana, Kec. Sucinaraja Kab. Garut, Selasa (7/12) malam.

Sementara di Kab. Ciamis, banjir rob yang terjadi Selasa (7/12), mengakibatkan sekitar 30 keluarga Dusun Majingklak, Desa Pamotan, Kec. Kalipucang, Ciamis, harus mengungsi. Rob terjadi akibat luapan air di Kalipucang

"Air yang masuk perkampungan sekarang sangat besar. Oleh karena itu, kami terpaksa mengungsi," kata Tugino, warga Dusun Majingklak, kepada "PR" kemarin. (A-165/A-194/ A-158/A-112/A-133) ***

Share:

Dana Belum Cair, BPBD Harus Tangani Banjir

SOREANG, (PR).-
Meski sudah memiliki struktur organisasi, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kab. Bandung belum memiliki kantor. BPBD Kab. Bandung juga langsung dihadapkan pada upaya penanganan bencana banjir yang menimpa wilayah Kab. Bandung dalam seminggu terakhir ini.

"BPBD tidak boleh terhambat oleh belum adanya tenaga lapangan ataupun anggaran yang belum cair, termasuk belum jelasnya persoalan kantor," kata Sekretaris BPBD Kab. Bandung, Agus Maulana, di ruang kerjanya yang lama di Kantor Dinas Sosial Kependudukan dan Catatan Sipil (Dinsosdukcasip) Kab. Bandung, Senin (6/12).

Agus mengatakan, untuk membantu penanganan korban banjir di Kec. Baleendah, Dayeuhkolot, Banjaran, dan Cangkuang, masih menggunakan bantuan dari Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kab. Bandung. "Banjir yang terjadi pada Minggu (5/12) kemarin sangat mengagetkan karena kondisi cuaca di Kota Bandung dan Kota Cimahi sangat cerah. Hanya, daerah-daerah di hulu Sungai Citarum dan Kec. Soreang, Baleendah, Dayeuhkolot, serta Banjaran turun hujan sangat deras," katanya.

Akibatnya, banjir bandang melanda Kec. Banjaran (Desa Neglasari, Desa Kamasan, dan Desa Tarajusari), Kec. Cangkuang (Desa Tanjungsari), dan sebagian besar desa di Kec. Dayeuhkolot dan Baleendah. "Banjir pada Senin pagi sudah mulai surut, sehingga arus lalu lintas mulai lancar. Sebelumnya ruas jalan yang menghubungkan Baleendah, Dayeuhkolot, Banjaran, Soreang, dan Pangalengan terputus akibat banjir hingga semeter," ucapnya.

Jembatan ambrol

Sementara itu, akibat hujan deras pada Jumat lalu (3/12) sekitar pukul 14.30 WIB membuat jembatan Kampung Pintusari Desa/Kec. Banjaran ambrol. Jembatan yang ambrol itu menghubungkan Kampung Pintusari dan Pintuloji ke Jln. Raya Banjaran.

Selain itu, banjir bandang yang melanda Kab. Bandung juga merusak sejumlah ruas jalan. Banyak jalan yang terkelupas aspalnya, bahkan ada yang sampai berlubang. Ruas Jln. Raya Soreang-Banjaran di dekat jembatan Citaliktik, sekarang ini dipenuhi lubang akibat tergerus banjir.

Demikian pula di Jln. Gading Tutuka. Di depan pintu gerbang Perumahan Gading Tutuka 1 Desa Cingcin, Kec. Soreang, rusak parah karena aspalnya terkelupas. Padahal, jalan tersebut baru saja diperbaki pada Oktober lalu.

Jalan masuk ke sejumlah perumahan seperti Gading Tutuka 2 di Desa Ciluncat, Kec. Cangkuang juga rusak parah akibat selalu tergenang banjir. "Warga bingung mau mengadu ke mana karena pihak pengembang perumahan sudah bangkrut, sementara jalan belum diserahkan ke Pemkab Bandung," kata Ketua RW 12, Adang Subangga. (A-71)***

Share:

Banjir di Kec. Banjaran Robohkan Puluhan Rumah


SOREANG, (PRLM).- Meski saat ini rendaman air telah surut, imbas banjir yang menerjang empat desa di Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung, dua hari lalu, 39 rumah warga rusak. Sebagian di antaranya roboh. Para pemiliknya mengungsi ke tempat saudara atau tetangga terdekat. Sementara di Kec. Baleendah dan Dayeuhkolot, banjir masih merendam lebih dari 7.000 rumah dan memaksa lebih dari 130 keluarga mengungsi.

Ke-39 rumah rusak atau roboh terdapat di empat desa, yakni Kamasan (24), Banjaran Kota (1), Banjaran Wetan (5), dan Tarajusari (9). “Sebagian besar rumah tersebut semi-permanen dan berada di bantaran sungai,” papar Camat Banjaran Iman Irianto, Selasa (7/12).

Menurut Iman, banyaknya jumlah warga yang tinggal di bantaran sungai merupakan sebuah dilema tersendiri. Meski secara hitam-putih, tindakan tersebut jelas-jelas bertentangan dengan aturan, aparat pemerintah tidak bisa berbuat banyak untuk menertibkannya. “Setiap kali kami minta warga untuk pindah, mereka menagih apa ada lahan yang disediakan buat mereka tinggal. Ini dilema tersendiri bagi kami,” ungkapnya.

Berbeda dengan banjir di Baleendah yang bersifat genangan, banjir yang menerjang Banjaran berupa aliran air yang relatif deras. Itulah sebabnya, meski seringkali laju air mampu merusak atau bahkan merobohkan rumah, rendaman air di wilayah tersebut cepat surut.

Iman mengungkapkan, di Banjaran, saat ini baru Desa Kamasan saja yang telah memiliki tim Sibat (Siaga Bencana Berbasis Masyarakat), rintisan Palang Merah Indonesia. Sementara di desa-desa lain yang juga rawan bencana, titik-titik evakuasi pun bahkan belum disepakati bersama. Perahu karet untuk evakuasi mandiri juga belum ada di Banjaran. Menurut Iman, inisiatif semacam inilah yang akan didorong di waktu-waktu mendatang.(A-165/kur)***

Sumber : www.pikiran-rakyat.com : Selasa, 7 Desember 2010
Share:

Peraturan Daerah Provinsi

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2009 Organisasi dan Tata Kerja badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Jawa Barat (download)
Share:

Keputusan Presiden

  • Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2001 tentang Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi (download)
  • Keputusan  Presiden Republik Indonesia Nomor 111 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 3 Tahun 2001 tentang Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi (download)
  • Keputusan  Presiden Republik Indonesia Nomor 24/P Tahun 2009 tentang Pengangkatan Anggota Unsur Pengarah Penanggulangan Bencana dari Masyarakat Profesional Periode Tahun 2009-2014 Badan Nasioal Penaggulangan Bencana (download)
  • Keputusan  Presiden Republik Indonesia Nomor 59/P Tahun 2009 tentang Pengangkatan Anggota Unsur Pengarah Penanggulangan Bencana dari Instansi Pemerintah (download)
Share:

Peraturan Presiden

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana (download)
Share:

Maps

Pengikut