SOREANG, (PRLM).- Meski saat ini rendaman air telah surut, imbas banjir yang menerjang empat desa di Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung, dua hari lalu, 39 rumah warga rusak. Sebagian di antaranya roboh. Para pemiliknya mengungsi ke tempat saudara atau tetangga terdekat. Sementara di Kec. Baleendah dan Dayeuhkolot, banjir masih merendam lebih dari 7.000 rumah dan memaksa lebih dari 130 keluarga mengungsi.
Ke-39 rumah rusak atau roboh terdapat di empat desa, yakni Kamasan (24), Banjaran Kota (1), Banjaran Wetan (5), dan Tarajusari (9). “Sebagian besar rumah tersebut semi-permanen dan berada di bantaran sungai,” papar Camat Banjaran Iman Irianto, Selasa (7/12).
Menurut Iman, banyaknya jumlah warga yang tinggal di bantaran sungai merupakan sebuah dilema tersendiri. Meski secara hitam-putih, tindakan tersebut jelas-jelas bertentangan dengan aturan, aparat pemerintah tidak bisa berbuat banyak untuk menertibkannya. “Setiap kali kami minta warga untuk pindah, mereka menagih apa ada lahan yang disediakan buat mereka tinggal. Ini dilema tersendiri bagi kami,” ungkapnya.
Berbeda dengan banjir di Baleendah yang bersifat genangan, banjir yang menerjang Banjaran berupa aliran air yang relatif deras. Itulah sebabnya, meski seringkali laju air mampu merusak atau bahkan merobohkan rumah, rendaman air di wilayah tersebut cepat surut.
Iman mengungkapkan, di Banjaran, saat ini baru Desa Kamasan saja yang telah memiliki tim Sibat (Siaga Bencana Berbasis Masyarakat), rintisan Palang Merah Indonesia. Sementara di desa-desa lain yang juga rawan bencana, titik-titik evakuasi pun bahkan belum disepakati bersama. Perahu karet untuk evakuasi mandiri juga belum ada di Banjaran. Menurut Iman, inisiatif semacam inilah yang akan didorong di waktu-waktu mendatang.(A-165/kur)***
Sumber : www.pikiran-rakyat.com : Selasa, 7 Desember 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar