Demikian disampaikan oleh Kepala BNPB Dr.Syamsul Maarif,M..Si dalam pembukaan. Concept Development and Initial Planning Conference for Table Top Exercise on Mentawai Megathrust-Disaster Relief 2013-2014 di Padang Sumatera Barat hari ini(7/2).
Ia menyatakan bahwa kawasan Asia Pasifik adalah kawasan rentan terhadap bencana. Bencana terus muncul di kawasan ini dengan intensitas dan dampak yang terus meningkat. Bencana berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di negara -negara yang terkena dampaknya. Pusat Penelitian Bencana Epidemilogis (CRED) telah mencatat sejumlah bencana besar dikawasan ini dalam dua dekade antara lain: gempa 9,2 SR diikuti tsunami di Aceh,Indonesia pada 26 Desember 2004 dan menyebabkan kerugian ekonomi $ 4,5 milyar, gempa 9 SR di China bula Mei 2008 menyebabkan hampir 5 juta orang kehilangan tempat tinggal dan kerugian. $ 9,5 milyar, Badai Katrina di New Orleans menyebabkan kerugian. $ 108 milyar, Kebakaran di Victoria Australia menyebankan polusi udara dan 173 meninggal, Gempa dan Tsunami di Tohoku Jepang 11 Maret 2011 menyebabkan 15,878 meninggal, 6,126 luka, 2,713 hilang dan kerugian ekonomi $ 210 milyar, Banjir Thailand pada Maret 2011 dan Jan 2012 menyebabkan 815 meninggal dan kerugian. $ 45,7 milyar. Angin Puyuh di Philipina pada Desember 2012 menyebabkan 834 hilang. 1,146 meninggal dan kerugian $ 1,04 milyar dan banjir yang baru saja terjadi di jakarta dengan 41 meninggal dan kerugian hampir $ 900 juta.
Bencana-bencana tersebut mungkin akan muncul dimasa depan dan menyebabkan kerugian diberbagai kawasan karena bencana tak kenal batas. Dengan demikian kerjasama regional sangat penting untuk meningkatkan pencegahan terhadap bencana. Kepala BNPB menegaskan tidak ada negara yang berdiri sendiri atau bisa mencegah bencana sendiri tetapi kerjasamalah yang dibutuhkan..
Ditataran global , Kerangka Hyogo menjadi acuan mendasar untuk mengantisipasi dan mengurangi resiko bencana di masa depan. Dan ditataran regional, kita telah mengadopsi Perjanjian ASEAN dibidang Managemen dan Tanggap Darurat dan Indonesia berkomitmen untuk menjadi bangsa yang tangguh terhadap bencana.
Ia menyatakan Indonesia seperti negara yang lain mempeunyai pengalaman dalam bencana dan hal tersebut menjadikan Indonesia belajar dan belajar lagi sehingga kita dianggap ahli dalam merespon situasi bencana.
Ia menegaskan pentingnya berbagi pelajaran tersebut, pengalaman dan keahlian sehingga diadakan Mentawai Megathrust ini. Diharapkan latihan ini akan menjadi. Inisiatif kerjasama regional untuk menghadapi bencana.
Ia menyatakan bahwa kawasan Asia Pasifik adalah kawasan rentan terhadap bencana. Bencana terus muncul di kawasan ini dengan intensitas dan dampak yang terus meningkat. Bencana berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di negara -negara yang terkena dampaknya. Pusat Penelitian Bencana Epidemilogis (CRED) telah mencatat sejumlah bencana besar dikawasan ini dalam dua dekade antara lain: gempa 9,2 SR diikuti tsunami di Aceh,Indonesia pada 26 Desember 2004 dan menyebabkan kerugian ekonomi $ 4,5 milyar, gempa 9 SR di China bula Mei 2008 menyebabkan hampir 5 juta orang kehilangan tempat tinggal dan kerugian. $ 9,5 milyar, Badai Katrina di New Orleans menyebabkan kerugian. $ 108 milyar, Kebakaran di Victoria Australia menyebankan polusi udara dan 173 meninggal, Gempa dan Tsunami di Tohoku Jepang 11 Maret 2011 menyebabkan 15,878 meninggal, 6,126 luka, 2,713 hilang dan kerugian ekonomi $ 210 milyar, Banjir Thailand pada Maret 2011 dan Jan 2012 menyebabkan 815 meninggal dan kerugian. $ 45,7 milyar. Angin Puyuh di Philipina pada Desember 2012 menyebabkan 834 hilang. 1,146 meninggal dan kerugian $ 1,04 milyar dan banjir yang baru saja terjadi di jakarta dengan 41 meninggal dan kerugian hampir $ 900 juta.
Bencana-bencana tersebut mungkin akan muncul dimasa depan dan menyebabkan kerugian diberbagai kawasan karena bencana tak kenal batas. Dengan demikian kerjasama regional sangat penting untuk meningkatkan pencegahan terhadap bencana. Kepala BNPB menegaskan tidak ada negara yang berdiri sendiri atau bisa mencegah bencana sendiri tetapi kerjasamalah yang dibutuhkan..
Ditataran global , Kerangka Hyogo menjadi acuan mendasar untuk mengantisipasi dan mengurangi resiko bencana di masa depan. Dan ditataran regional, kita telah mengadopsi Perjanjian ASEAN dibidang Managemen dan Tanggap Darurat dan Indonesia berkomitmen untuk menjadi bangsa yang tangguh terhadap bencana.
Ia menyatakan Indonesia seperti negara yang lain mempeunyai pengalaman dalam bencana dan hal tersebut menjadikan Indonesia belajar dan belajar lagi sehingga kita dianggap ahli dalam merespon situasi bencana.
Ia menegaskan pentingnya berbagi pelajaran tersebut, pengalaman dan keahlian sehingga diadakan Mentawai Megathrust ini. Diharapkan latihan ini akan menjadi. Inisiatif kerjasama regional untuk menghadapi bencana.