Jalur Evakuasi Papandayan Rusak

KERTASARI,(GM)-
Kondisi jalan rusak dan sulitnya medan menuju lokasi pengungsian di Kp. Cibutarua, Desa Neglasari, Kec. Kertasari, Kab. Bandung jika Gunung Papandayan meletus, dipastikan akan menjadi kendala untuk pengiriman logistik maupun proses evakuasi.

Seperti diketahui, Pemkab Bandung dan PTPN VIII Perkebunan Sedep, sudah menyediakan lokasi pengungsian di Kp. Cibutarua. Namun jalur satu-satunya ke lokasi hanya melewati Kab. Bandung yaitu jalur Perkebunan Malabar dan Perkebunan Sedep, Pangalengan.

Pantauan "GM" di lapangan, untuk menuju Kp. Cibutarua dari arah Pangalengan, lebih dari 10 km kondisi jalannya rusak cukup parah. Bahkan untuk kendaraan kecil harus pelan dan memilih jalan yang rata. Sebab kalau tidak, bisa-bisa menyangkut di bebatuan.

Bukan hanya untuk jalur logistik, untuk jalur evakuasi dari Kp. Cileuleuy, Desa Giri Mukti, Kec. Pamulihan Kab. Garut maupun Kp. Stamplat, Desa Panawa, Kec. Pamulihan, Kab. Garut ke Cibutarua kondisinya juga rusak cukup parah.

Selain berbatu, jalur tersebut juga naik turun. Untuk mencapai pengungsian di Kp. Cibutarua, dari Kp. Cileuleut jarak tempuhnya sekitar 5 km, sedangkan dari Kp. Stamplat mencapai 8 km.

Kendala lain yang nantinya dirasakan para petugas maupun relawan saat evakuasi dari segi komunikasi. Sebab di lokasi pengungsian maupun di Kp. Stamplat dan Cileuleuy sinyal handphone kosong. Karena itu alat komunikasi yang bisa digunakan hanya handy talky.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kab. Bandung, Juhana Atmawisastra didampingi Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kab. Bandung, Cecep Hendrawan mengatakan, meski kondisi jalan rusak namun untuk proses pengiriman logistik maupun evakuasi warga ke tempat pengungsian, tetap akan dioptimalkan.

Apalagi pihak Perkebunan Sedep sudah menyediakan kendaraan besar (truk, red), untuk membantu proses evakuasi masyarakat dari Kp. Stamplat dan Cileuleuy menuju lokasi pengungsian di Kp. Cibutarua.

"Saat pertemuan dengan PTPN VIII Perkebunan Sedep, mereka siap menyediakan lahan di Cibutarua dan 10 unit kendaraan besar untuk membantu proses evakuasi. Bahkan mereka membentuk satgas yang berjumlah 45 orang, untuk membantu proses evakuasi," katanya.

Orari siap bantu

Sementara itu, Dewan Pengawas dan Pembina Organisasi Amatir Radio Indonesia (Orari) Lokal Bandung Selatan, Deden Anwar didampingi Sekretaris Lokal Bandung Selatan, Arie Anwar menuturkan, Orari siap membantu jika terjadi bencana alam termasuk jika Gunung Papandayan meletus. Peran Orari dalam bencana sangat penting, khususnya untuk proses komunikasi petugas di lapangan maupun penyebaran data ke pihak yang berwenang.

"Saat bencana alam, terkadang komunikasi cukup sulit meski ada handphone, karena jaringannya tidak ada. Berbeda dengan radio komunikasi Orari, kondisi apa pun masih bisa. Dengan begitu komunikasi antarpetugas di lapangan maupun penyebaran data bisa lebih cepat," katanya.

Untuk membantu petugas di lapangan, lanjut Deden, pihaknya siap menurunkan anggotanya termasuk peralatan yang dibutuhkan. Seperti portabel refeter, getway station, dan direct station. Sedangkan anggota yang diturunkan ke lapangan sekitar 30 orang anggota aktif.

Masih trauma

Letusan Gunung Papandayan tahun 2002 lalu, ternyata masih membekas di ingatan warga Kp. Cileuleuy, Desa Giri Mukti dan Kp. Stamplat, Desa Panawa, Kec. Pamulihan, Kab. Garut. Meski tidak membahayakan jiwa mereka karena letusannya kecil, namun mereka harus berjalan kaki hingga puluhan kilometer untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.

Menurut Suherman (47), warga Kp. Cileuleuy kepada "GM", saat Gunung Papandayan meletus 2002 lalu, warga tidak mendengar letusan atau getaran keras (gempa). Warga ketika itu hanya melihat kepulan asap atau debu hitam yang membubung tinggi ke angkasa.

"Karena kejadiannya sekitar pukul 08.00 WIB, ketika melihat kepulan debu hitam keluar dari kawah Gunung Papandayan, warga malah menonton. Awalnya warga juga tidak memilih mengungsi karena kepulan itu terlihat menuju ke arah Garut. Tapi arah angin ternyata berbalik hingga debunya ke sekitar Kp. Cileuleuy," kenangnya.

Karena debu cukup tebal terlebih ditakutkan dibarengi awan panas, warga terpaksa mengungsi ke Kp. Cibutarua yang jaraknya sekitar 5 km.

Hal yang sama dikatakan Tatang Rukmana, warga Kp. Stamplat. Menurutnya, saat Gunung Papandayan mengeluarkan debu tebal, warga tidak bergegas mengungsi. Karena selain kepulan debunya menuju arah Garut, warga juga tidak merasakan getaran hebat.

"Ketika itu warga bukannya lari, malah menonton kepulan asap dari kawah Papandayan. Baru ketika melihat kepulan debu hitam menuju Kp. Stamplat, warga bergegas mengungsi karena takut ada apa-apa," katanya.

Menurut Tatang, sekarang dirinya dan warga sudah mengetahui kalau Gunung Papandayan akan meletus. Namun hal ini tidak terlalu dicemaskan, karena lahar panas tidak mengarah ke Kp. Stamplat.

"Katanya lahar dan awan panas terhalang puncak Papandayan. Tapi kita tetap waspada, karena ditakutkan debunya menyebar ke kampung kami," katanya sambil menambahkan, dari Kp. Stamplat ke kawah Papandayan sekitar 4 km. (B.97)**
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Maps

Pengikut