2.500 Ha Sawah di Cikancung Terancam kekeringan

SOREANG, (PRLM).- Tidak adanya sumber air yang dekat dengan areal persawahan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan (Distanbunhut) Kabupaten Bandung kesulitan mengantisipasi ancaman kekeringan lahan di Kecamatan Cikancung. Akibatnya, sekitar 2.500 hektare sawah di kawasan itu kembali terancam puso jika kekeringan melanda.
Kepala Distanbunhut Kabupaten Bandung Tisna Umaran mengatakan, pihaknya kini tengah mempersiapkan upaya antisipasi mengingat kekeringan yang mulai melanda beberapa wilayah lain di Jawa Barat. “Kami sudah mempersiapkan tiga pompa besar untuk mengatasi masalah kekeringan lahan di Kabupaten Bandung,” ujarnya, Rabu (10/7).
Saat ini, tambah Tisna, petugas di lapangan tengah mendata wilayah mana saja yang dianggap kritis dan perlu bantuan pompa. Namun, bantuan pompa tersebut hanya bisa diberikan untuk wilayah yang memiliki sumber air di dekat areal persawahan.
Sementara untuk wilayah Cikancung dan Cicalengka, bantuan pompa dinilai belum bisa mengatasi masalah, karena tidak ada sumber air di dekat areal persawahan. “Jadi tidak cukup hanya dengan pompa, karena airnya saja tidak ada,” kata Tisna.
Solusi terbaik untuk Cikancung dan Cicalengka, ujar Tisna, adalah dengan membuat sistem pipanisasi menggunakan paralon. Dengan begitu, sumber air yang ada di wilayah tetangga bisa dialirkan ke persawahan di Cikancung dan Cicalengka.
Terkait ancaman kekeringan, Tisna menegaskan, sejauh ini belum ada kasus yang menghawatirkan. Berdasarkan data yang dikantongi Distanbunhut, saat ini hanya ada sekitar 84 hektar lahan sawah yang mengalami kekeringan ringan. Sementara 1219 hektar lainnya dinyatakan terancam kekeringan.
Kendati demikian, kondisi tersebut dilansir tidak akan banyak mempengaruhi produksi padi Kabupaten Bandung. Tisna bahkan tetap optimis bahwa produksi padi 2012 dapat mengalami kenaikan sampai 5 persen dari tahun sebelumnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pertanian Tanaman Pangan Distanbunhut Kabupaten Bandung Ina Dewi Kania mengatakan, tahun ini Kabupaten Bandung menargetkan produksi padi sampai 490.897 ton atau naik sekitar 8,8 persen dari target 2011 sebesar 472.989 ton.
Meski kuantitasnya masih meningkat, produksi padi di Kabupaten Bandung masih terancam dengan penyusutan lahan akibat alih fungsi menjadi permukiman.
Berdasarkan data Distanbunhut, lahan sawah basah di Kabupaten Bandung saat ini berjumlah sekitar 35.975 hektar. Jumlah itu menyusut sekitar 1,34 persen dari tahun sebelumnya yang mencapai 36.464 hektar.
Kondisi tersebut jelas menuntut pemerintah Kabupaten Bandung untuk segera merevisi Peraturan Daerah (Perda) Tata Ruang yang rencananya akan rampung pada 2013 mendatang. Tanpa itu,bukan tidak mungkin alih fungsi lahan bisa berdampak pada turunnya produksi beras dan gabah Kabupaten Bandung yang sebagian besar memiliki kualitas cukup tinggi.
Di sisi lain, kebijakan lokal untuk mencanangkan lahan basah abadi seperti di Desa Sangkanhurip, Kecamatan Katapang jelas menjadi contoh yang patut ditiru dan didukung kebijakan pemerintah yang lebih tinggi. Tanpa dipaksa, petani dan aparat desa di sana melindungi lahan sawah mereka agar tidak tergerus gencarnya desakan pengembang perumahan.
Kepala Desa Sangkanhurip Aan Tirta Gandana mengatakan, komitmen tersebut disepakati sendiri oleh sekitar 132 petani dan penggarap yang tergabung dalam lima kelompok tani. Atas kesepakatan mereka, Aan pun menerbitkan peraturan desa (Perdes) Lahan Basah Abadi untuk lahan sawah seluas 88 hektar.
Aan menegaskan, peraturan tersebut dibuat atas aspirasi para petani yang menyadari semakin menyempitnya lahan pertanian akibat serangan pengemabang perumahan dan investor industri. “Mereka sepakat untuk menjaga sawah yang ada demi ketahanan pangan dan keseimbangan lingkungan di desa kami,” ujarnya. (A-178/A-89)***
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Maps

Pengikut